KISAH NABI ADAM
Allah SWT berkehendak untuk menciptakan
Nabi Adam. Allah SWT berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi. " (QS. al-Baqarah: 30)
Terdapat perbedaan pendapat berkenaan
dengan makna khilafah (perihal menjadi khalifah) Nabi Adam. Ada yang mengatakan, bahwa ia sebagai
khalifah dari kelompok manusia yang pertama-tama datang ke bumi di mana
kelompok ini membuat kerusakan dan menumpahkan darah di dalamnya. Ada yang mengatakan,
bahwa ia adalah khalifatullah, dengan pengertian bahwa ia sebagai khalifah
(utusan Allah) dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan hukum-hukum-Nya,
karena ia adalah utusan Allah yang pertama. Demikianlah yang kami yakini.
Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah saw
tentang Nabi Adam: "Apakah ia sebagai nabi yang diutus?" Beliau
menjawab: "Benar." Beliau ditanya: "Ia menjadi rasul bagi siapa?
Sementara di bumi tidak ada seorang pun?" Beliau menjawab: "Ia
menjadi rasul bagi anak-anaknya."
Tabir penciptaan disingkap di
tengah-tengah para malaikat-Nya. Allah SWT berfirman:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau ?' Tuhan
berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'"
(QS. al-Baqarah: 30)
Berkenaan dengan ayat tersebut, para
mufasir memberikan komentar yang beragam. Dalam tafsir al-Manar disebutkan:
"Sesungguhnya ayat-ayat ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang tidak
dapat ditafsirkan zahirnya. Sebab, dilihat dari ketentuan dialog (at-Takhathub)
ia mengandung konsultasi dari Allah SWT. Tentu yang demikian itu mustahil
bagi-Nya. Di samping itu, ia juga mengandung pemberitahuan dari-Nya kepada
para malaikat yang kemudian diikuti dengan penentangan dan perdebatan dari
mereka. Hal seperti ini tidak layak bagi Allah SWT dan bagi para malaikat-Nya.
Saya lebih setuju untuk mengalihkan makna cerita tersebut pada sesuatu yang
lain."
Sedangkan dalam tafsir al-Jami' li
Ahkamil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada
para malaikat-Nya, bahwa jika Dia menjadikan ciptaan di muka bumi maka mereka
akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah." Ketika Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi, " (QS. al-Baqarah: 30)
Mereka bertanya: "Apakah ini
adalah khalifah yang Engkau ceritakan kepada kami bahwa mereka akan membuat
kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah, ataukah khalifah selainnya?"
Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an disebutkan: "Sesungguhnya para malaikat
melalui fitrah mereka yang suci yang tidak membayangkan kecuali kebaikan dan
kesucian, mereka mengira bahwa tasbih dan mengultuskan Allah adalah puncak dari
segala wujud. Puncak ini terwujud dengan adanya mereka, sedangkan pertanyaan
mereka hanya menggambarkan keheranan mereka, bukan berasal dari penentangan
atau apa pun juga."
Kita melihat bagaimana para mufasir
berijtihad untuk menyingkap hakikat, lalu Allah SWT menyingkapkan kedalaman
dari Al-Qur'an pada masing-masing dari mereka. Kedalaman Al-Qur'an sangat
mengagumkan. Kisah tersebut disampaikan dalam gaya
dialogis, suatu gaya
yang memiliki pengaruh yang kuat. Tidakkah Anda melihat bahwa Allah SWT
berfirman:
"Kemudian Dia menuju langit dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi:
Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.'
Keduanya menjawab: 'Kami datang dengan suka hati.'" (QS. Fushshilat: 11)
Apakah seseorang membayangkan bahwa
Allah SWT berbicara dengan langit dan bumi, dan bumi dan langit pun menjawabnya
sehingga terjadi dialog ini di antara mereka? Sesungguhnya Allah SWT
memerintahkan langit dan bumi sehingga keduanya taat. Allah SWT menggambarkan
apa yang terjadi dengan gaya dialogis hanya untuk meneguhkan dalam pikiran dan
menegaskan maknanya serta penjelasannya. Penggunaan gaya dramatis dalam kisah
Nabi Adam mengisyaratkan makna yang dalam.
Kita membayangkan bahwa Allah SWT
ketika menetapkan penciptaan Nabi Adam, Dia memberitahukan kepada malaikat-Nya
dengan tujuan agar mereka bersujud kepadanya, bukan dengan tujuan mengambil
pendapat mereka atau bermusyawarah dengan mereka. Maha Suci Allah SWT dari hal
yang demikian itu. Allah SWT memberitahukan mereka bahwa Dia akan menjadikan
seorang hamba di muka bumi, dan bahwa khalifah ini akan mempunyai keturunan dan
cucu-cucu, di mana mereka akan membuat kerusakkan di muka bumi dan menumpahkan
darah di dalamnya. Lalu para malaikat yang suci mengalami kebingungan. Bukankah
mereka selalu bertasbih kepada Allah dan mensucikan-Nya, namun mengapa khalifah
yang terpilih itu bukan termasuk dari mereka? Apa rahasia hal tersebut, dan apa
hikmah Allah dalam masalah ini? Kebingungan melaikat dan keinginan mereka untuk
mendapatkan kemuliaan sebagai khalifah di muka bumi, dan keheranan mereka
tentang penghormatan Adam dengannya, dan masih banyak segudang pertanyaan yang
tersimpan dalam diri mereka. Namun Allah SWT segera menepis keraguan mereka dan
kebingungan mereka, dan membawa mereka menjadi yakin dan berserah diri.
Firman-Nya:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang kamu tidak ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)
Ayat tersebut menunjukan keluasan ilmu
Allah SWT dan keterbatasan ilmu para malaikat, yang karenanya mereka dapat
berserah diri dan meyakini kebenaran kehendak Allah. Kita tidak membayangkan
terjadinya dialog antara Allah SWT dan para malaikat sebagai bentuk pengultusan
terhadap Allah dan penghormatan terhadap para malaikat-Nya. Dan kita meyakini
bahwa dialog terjadi dalam diri malaikat sendiri berkenaan dengan keinginan
mereka untuk mengemban khilafah di muka bumi, kemudian Allah SWT memberitahu
mereka bahwa tabiat mereka bukan disiapkan untuk hal tersebut.
Sesungguhnya tasbih pada Allah SWT dan
menyucikan-Nya adalah hal yang sangat mulia di alam wujud, namun khilafah di
muka bumi bukan hanya dilakukan dengan hal itu. Ia membutuhkan karakter yang
lain, suatu karakter yang haus akan pengetahuan dan lumrah baginya kesalahan.
Kebingungan atau keheranan ini, dialog yang terjadi dalam jiwa para malaikat
setelah diberitahu tentang penciptaan Nabi Adam, semua ini layak bagi para
malaikat dan tidak mengurangi kedudukan mereka sedikit pun. Sebab, meskipun
kedekatan mereka dengan Allah SWT dan penyembahan mereka terhadap-Nya serta
penghormatan-Nya kepada mereka, semua itu tidak menghilangkan kedudukan mereka
sebagai hamba Allah SWT di mana mereka tidak mengetahui ilmu Allah SWT dan
hikmah-Nya yang tersembunyi, serta alam gaibnya yang samar. Mereka tidak
mengetahui hikmah-Nya yang tinggi dan sebab-sebab perwujudannya pada sesuatu.
Setelah beberapa saat para malaikat
akan memahami bahwa Nabi Adam adalah ciptaan baru, di mana dia berbeda dengan
mereka yang hanya bertasbih dan menyucikan Allah, dan dia pun berbeda dengan
hewan-hewan bumi dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya yang hanya menumpahkan
darah dan membuat kerusakkan. Sesungguhnya Nabi Adam akan menjadi ciptaan baru
dan keberadaannya disertai dengan hikmah yang tinggi yang tidak ada seorang pun
mengetahuinya kecuali Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Dan Aku tidak menciptkan jin dan
manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku." (QS. adz-Dzariyat: 56)
Ibnu Abbas membaca ayat tersebut:
"Liya'rifuun" (agar mereka mengenal Aku). Pengetahuan merupakan
tujuan dari penciptaan manusia. Dan barangkali pendekatan yang terbaik
berkenaan dengan tafsir ayat tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh
Muhammad Abduh: "Dialog yang terdapat dalam ayat tersebut adalah urusan
Allah SWT dengan para malaikat-Nya di mana Dia menggambarkan kepada kita dalam
kisah ini dengan ucapan, pertanyaan, dan jawaban. Kita tidak mengetahui hakikat
hal tersebut. Tetapi kita mengetahui bahwa dialog tersebut tidak terjadi
sebagaimana lazimnya yang dilakukan oleh sesama kita, manusia."
Para malaikat mengetahui bahwa Allah
SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya
kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka ketika Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh di
dalamnya, para malaikat harus bersujud kepadanya. Yang harus dipahami bahwa
sujud tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, karena sujud
ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.' Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; hendaklah kamu bersyukur dengan bersujud kepadanya. ' Lalu
seluruh malikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis. Dia menyombongkan diri
dan dia termasuk orang-orang yang kafir. " (QS. Shad: 71-74)
Allah SWT mengumpulkan segenggam tanah
dari bumi; di dalamnya terdapat yang berwarna putih, hitam, kuning, coklat dan
merah. Oleh karena itu, manusia memiliki beragam warna kulit. Allah SWT
mencampur tanah dengan air sehingga menjadi tanah liat kering yang berasal dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Dari tanah inilah Allah menciptakan Nabi Adam.
Allah SWT menyempurnakannya dengan kekuasaan-Nya lalu meniupkan roh-Nya di
dalamnya, kemudian bergeraklah tubuh Nabi Adam dan tanda kehidupan mulai ada di
dalamnya.
Selanjutnya, Nabi Adam membuka kedua
matanya dan ia melihat para malaikat semuanya bersujud kepadanya, kecuali satu
makhluk yang berdiri di sana. Nabi Adam tidak tahu siapakah makhluk yang tidak
mau bersujud itu. Ia tidak mengenal namanya. Iblis berdiri bersama para
malaikat tetapi ia bukan berasal dari golongan mereka. Iblis berasal dari
kelompok jin. Allah SWT menceritakan kisah penolakan Iblis untuk sujud kepada
Nabi Adam pada beberapa surah. Allah SWT berfirman:
"Allah berfirman: 'Hai Mis, apa
yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua
tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk
orang-orang yang lebih tinggi? 'Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya,
karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.'
Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah
orang yang terkutuk. Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari
pembalasan.' Mis berkata: 'Ya Tuhanku, ben tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang
diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari
kiamat).' Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semua,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.'" (QS. Shad: 75-83)
Nabi Adam mengikuti peristiwa yang
terjadi di depannya. Ia merasakan suasana cinta, rasa takut, dan kebingungan.
Nabi Adam sangat cinta kepada Allah SWT yang telah menciptakannya dan
memuliakannya dengan memerintahkan para malaikat-Nya untuk sujud kepadanya.
Adam juga merasa takut saat melihat Allah SWT marah terhadap iblis dan
mengusirnya dari pintu rahmat-Nya. Ia merasakan kebingungan ketika melihat
makhluk ini yang membencinya, padahal ia belum mengenalnya. Makhluk itu
membayangkan bahwa ia lebih baik dari Nabi Adam, padahal tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa salah satu dari mereka lebih baik dibandingkan dengan yang
lain.
Kemudian alangkah anehnya alasan iblis.
Ia membayangkan bahwa api lebih baik dari tanah. Dari mana ia mendapatkan ilmu
ini? Seharusnya ilmu ini berasal dari Allah SWT karena Dialah yang menciptakan
api dan tanah dan mengetahui mana di antara keduanya yang paling utama.
Dari dialog tersebut, Nabi Adam mengetahui
bahwa iblis adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang
tercela. Ia meminta kepada Allah SWT agar mengekalkannya sampai hari
kebangkitan. Iblis tidak ingin mad. Namun Allah SWT mengetahui bahwa ia akan
tetap hidup sampai hari yang ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput
ajalnya dan kemudian mati. Nabi Adam mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat
iblis dan telah mengusirnya dari rahmat-Nya. Akhirnya, Nabi Adam mengetahui
musuh abadinya. Nabi Adam bingung dengan kenekatan musuhnya dan kasih sayang
Allah SWT.
Barangkali ada seseorang yang bertanya
kepada saya: "Mengapa Anda tidak meyakini terjadi dialog antara Allah SWT
dan para malaikat-Nya dan Anda cenderung menakwilkan ayat-ayat tersebut,
sedangkan Anda menerima adanya dialog antara Allah dan iblis." Saya jawab:
"Sesungguhnya akal menunjukkan kita kepada kesimpulan tersebut. Terjadinya
dialog antara Allah SWT dan para malaikat-Nya adalah hal yang mustahil karena
para malaikat suci dari kesalahan dan dosa dan keinginan-keinginan manusiawi
yang selalu mencari ilmu. Sesuai dengan karakter penciptaan mereka, mereka
adalah pasukan yang setia dan mulia. Adapun iblis ia terikat dan tunduk
terhadap ketentuan agama, dan karakternya sebagai jin mendekati karakter jenis
ciptaan Nabi Adam. Dengan kata lain, bahwa jin dapat beriman dan dapat juga
menjadi kafir. Sesungguhnya kecenderungan agama mereka dapat saja tidak
berfungsi ketika mereka tertipu oleh kesombongan yang palsu sehingga mereka
mempunyai gambaran yang salah. Maka dari sisi inilah terjadi dialog. Dialog di
sini berarti kebebasan. Tabiat manusia dan jin cenderung untuk menggunakan
kebebasannya, sedangkan tabiat para malaikat tidak dapat menggunakan kebebasan.
Nabi Adam menyaksikan secara langsung—setelah penciptaannya— kadar kebebasan yang
Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya yang terkena tanggung jawab. Terjadinya
pelajaran ini di depan Nabi Adam mengandung maksud yang dalam.
Allah SWT tidak pernah mencabut
kebebasan yang diberikan-Nya kepada iblis. Namun pada akhirnya, iblis tetap sebagai
hamba yang kafir. Iblis benar-benar menolak untuk sujud kepada Nabi Adam. Allah
SWT mengetahui bahwa ia akan menolak untuk sujud kepada Nabi Adam dan akan
menentang-Nya. Bisa saja Allah SWT menghancurkannya atau mengubahnya menjadi
tanah namun Allah memberikan kebebasan kepada makhluk-makhluk-Nya yang dibebani
tanggung jawab. Dia memberikan kepada mereka kebebasan mutlak sehingga mereka
bisa saja menolak perintah-Nya. Tetapi yang perlu diperhatikan bahwa keingkaran
orang-orang kafir dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya tidak berarti
meng-urangi kebesaran kerajaan-Nya dan sebaliknya, keimanan orang-orang mukmin
dan kepatuhan orang-orang yang taat tidak berarti menambah kebesaran
kekuasaan-Nya. Semua itu kembali kepada mereka.
Adam menyadari bahwa kebebasan di alam
wujud adalah merupakan karunia yang Allah SWT berikan kepada makhluk-Nya. Allah
SWT memberikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Setelah
mempelajari pelajaran kebebasan, Nabi Adam mempelajari pelajaran kedua dari
Allah SWT, yaitu ilmu. Nabi Adam mengetahui bahwa iblis adalah simbol kejahatan
di alam wujud. Sebagaimana ia mengetahui bahwa para malaikat adalah simbol
kebaikan, sementara ia belum mengenal dirinya saat itu. Kemudian Allah SWT
memberitahukan kepadanya tentang hakikatnya, hikrnah penciptaannya, dan rahasia
penghormatannya. Allah SWT berfirman:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya. " (QS. al-Baqarah: 31)
Allah SWT memberinya rahasia kemampuan
untuk meringkas sesuatu dalam simbol-simbol dan nama-nama. Allah SWT
mengajarinya untuk menamakan benda-benda: ini burung, ini bintang, ini pohon,
ini awan, dan seterusnya. Nabi Adam mempelajari semua nama-nama tersebut. Yang
dimaksud dengan nama-nama di sini adalah ilmu dan pengetahuan. Allah SWT
menanamkan pengetahuan yang luas dalam jiwa Nabi Adam dan keinginan yang terus
mendorongnya untuk mengetahui sesuatu. Hasrat untuk menggali ilmu dan belajar
juga diwariskan kepada anak-anaknya Nabi Adam. Inilah tujuan dari penciptaan
Nabi Adam dan inilah rahasia di balik penghormatan para malaikat kepadanya.
Setelah Nabi Adam mempelajari nama benda-benda; kekhususannya dan
kemanfaatannya, Allah SWT menunjukkan benda-benda tersebut atas para
malaikat-Nya dan berkata:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama
benda-benda itujika kamu memang orang-orangyang benar. " (QS. al-Baqarah:
31)
Yang dimaksud adalah kebenaran mereka
untuk menginginkan khilafah. Para malaikat memperhatikan sesuatu yang
ditunjukkan oleh Allah SWT kepada mereka, namun mereka tidak mengenali
nama-namanya. Mereka mengakui di hadapan Allah SWT tentang kelemahan mereka
untuk menamai benda-benda tersebut atau memakai simbol-simbol untuk
mengungkapkannya. Para malaikat berkata sebagai bentuk pengakuan terhadap
ketidakmampuan mereka:
"Maha Suci Engkau." (QS.
al-Baqarah: 32)
Yakni, kami menyucikan-Mu dan
mengagungkan-Mu.
"Tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 32)
Yakni, mereka mengembalikan semua ilmu
kepada Allah SWT. Allah SWT berkata kepada Adam:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka nama-nama benda ini." (QS. al-Baqarah: 33)
Kemudian Nabi Adam memberitahu mereka
setiap benda yang Allah SWT tunjukkan kepada mereka dan mereka tidak mengenali
nama-namanya:
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
malaikat itu lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar.' Mereka menjawab: 'Maha Suci Engkau. Tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada Kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah
berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman:
'Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu
sembunyikan?'"(QS. al-Baqarah: 31-33)
Allah SWT ingin berkata kepada para
malaikat, bahwa Dia mengetahui keheranan yang mereka tunjukkan, ketika Dia memberitahu
mereka tentang penciptaan Nabi Adam sebagaimana Dia mengetahui kebingungan yang
mereka sembunyikan dan sebagaimana juga Dia mengetahui kemaksiatan dan
pengingkaran yang disembunyikan oleh iblis.
Para malaikat menyadari bahwa Nabi Adam
adalah makhluk yang mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui. Ini adalah
hal yang sangat mulia. Dan para malaikat mengetahui, mengapa Allah
memerintahkan mereka untuk bersujud kepadanya sebagaimana mereka memahami
rahasia penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi, di mana ia akan
menguasainya dan memimpin di dalamnya dengan ilmu dan pengetahuan. Yaitu,
pengetahuan terhadap Sang Pencipta yang kemudian dinamakan dengan Islam atau
iman. Para malaikat pun mengetahui sebab-sebab kemakmuran bumi dan
pengubahannya dan penguasaanya, serta semua hal yang berkenaan dengan ilmu-ilmu
mated di muka bumi.
Adalah hal yang maklum bahwa
kesempurnaan manusia tidak akan terwujud kecuali dengan pencapaian ilmu yang
dengannya manusia dapat mengenal Sang Pencipta, dan ilmu-ilmu yang berkenaan
dengan alam. Jika manusia berhasil di satu sisi, namun gagal di sisi yang lain
maka ia laksana burung yang terbang dengan sayap satu di mana setiap kali ia
terbang sayap yang lain mencegahnya.
Nabi Adam mengetahui semua nama-nama
dan terkadang ia berbicara bersama para malaikat, namun para malaikat
disibukkan dengan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Adam merasa kesepian.
Kemudian Adam tidur dan tatkala ia bangun ia mendapati seorang perempuan yang
memiliki mata yang indah, dan tampak penuh dengan kasih sayang. Kemudian
terjadilah dialog di antara mereka:
Adam berkata: "Mengapa kamu berada
di sini sebelum saya tidur." Perempuan itu menjawab: "Ya." Adam
berkata: "Kalau begitu, kamu datang di tengah-tengah tidurku?" Ia
menjawab: 'Ya." Adam bertanya: "Dari mana kamu datang?" Ia
menjawab: "Aku datang dari dirimu. Allah SWT menciptakan aku darimu saat
kamu tidur." Adam bertanya: "Mengapa Allah menciptakan kamu?" Ia
menjawab: "Agar engkau merasa tenteram denganku." Adam berkata:
"Segala puji bagi Allah. Aku memang merasakan kesepian."
Para malaikat bertanya kepada Adam
tentang namanya. Nabi Adam menjawab: "Namanya Hawa." Mereka bertanya:
"Mengapa engkau menamakannya Hawa, wahai Adam?" Adam berkata:
"Karena ia diciptakan dariku saat aku dalam keadaan hidup."
Nabi Adam adalah makhluk yang suka
kepada pengetahuan. Ia membagi pengetahuannya kepada Hawa, di mana ia
menceritakan apa yang diketahuinya kepada pasangannya itu, sehingga Hawa
mencintainya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami berfirman: 'Hai Adam,
tinggallah kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon
ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS.
al-Baqarah: 35)
Kita tidak mengetahui tempat surga ini.
Al-Qur'an tidak membicarakan tempatnya, dan para mufasir berbeda pendapat
tentang hal itu. Sebagian mereka berkata: "Itu adalah surga yang bakal
dihuni oleh manusia (jannah al-Ma'wa) dan tempatnya di langit." Namun
sebagian lagi menolak pendapat tersebut. Sebab jika ia adalah jannah al-Ma'wa
maka iblis tidak dapat memasukinya dan tidak akan terjadi kemaksiatan di
dalamnya. Sebagian lagi mengatakan: "Ia adalah surga yang lain, yang Allah
ciptakan untuk Nabi Adam dan Hawa." Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa
ia adalah surga (taman) dari taman-taman bumi yang terletak di tempat yang
tinggi. Dan sekelompok mufasir yang lain menganjurkan agar kita menerima ayat
tersebut apa adanya dan menghentikan usaha untuk mencari hakikatnya. Kami
sendiri sependapat dengan hal ini. Sesungguhnya pelajaran yang dapat kita ambil
berkenaan dengan penentuan tempatnya tidak sedikit pun menyamai pelajaran yang
dapat kita ambil dari apa yang terjadi di dalamnya.
Nabi Adam dam Hawa memasuki surga dan
di sana mereka berdua merasakan kenikmatan manusiawi semuanya. Di sana mereka
juga mengalami pengalaman-pengalaman yang berharga. Kehidupan Nabi Adam dan
Hawa di surga dipenuhi dengan kebebasan yang tak terbatas. Dan Nabi Adam
mengetahui makna kebahagiaan yang ia rasakan pada saat ia berada di surga
bersama Hawa. Ia tidak lagi mengalami kesepian. Ia banyak menjalin komunikasi
dengan Hawa. Mereka menikmati nyanyian makhluk, tasbih sungai-sungai, dan musik
alam sebelum ia mengenal bahwa alam akan disertai dengan penderitaan dan
kesedihan. Allah SWT telah mengizinkan bagi mereka untuk mendekati segala
sesuatu dan menikmati segala sesuatu selain satu pohon, yang barangkali ia
adalah pohon penderitaan atau pohon pengetahuan. Allah SWT berkata kepada
mereka sebelum memasuki surga:
"Dan janganlah kamu dekati pohon
ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS.
al-Baqarah: 35)
Nabi Adam dan Hawa mengerti bahwa
mereka dilarang untuk memakan sesuatu dari pohon ini, namun Nabi Adam adalah
manusia biasa, dan sebagai manusia ia lupa dan hatinya berbolak-balik serta
tekadnya melemah. Maka iblis memanfaatkan kemanusiaan Nabi Adam dan mengumpulkan
segala kedengkiannya yang disembunyikan dalam dadanya. Iblis terus berusaha
membangkitkan waswas dalam diri Nabi Adam. Apakah aku akan menunjukkan kepadamu
pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak akan sirna? Nabi Adam bertanya-tanya
dalam dirinya. Apa yang akan terjadi seandainya ia memakan buah tersebut,
barangkali itu benar-benar pohon keabadian. Nabi Adam memang memimpikan untuk
kekal dalam kenikmatan dan kebebasan yang dirasakannya dalam surga.
Berlalulah waktu di mana Nabi Adam dan
Hawa sibuk memikirkan pohon itu. Kemudian pada suatu hari mereka menetapkan
untuk memakan pohon itu. Mereka lupa bahwa Alllah SWT telah mengingatkan mereka
agar tidak mendekatinya. Mereka lupa bahwa iblis adalah musuh mereka sejak
dahulu. Nabi Adam mengulurkan tangannya ke pohon itu dan memetik salah satu
buahnya dan kemudian memberikannya kepada Hawa. Akhirnya mereka berdua memakan
buah terlarang itu.
Allah SWT berfirman:
"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan
dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)
Tidak benar apa yang disebutkan oleh
kitab-kitab kaum Yahudi bahwa Hawa menggoda Nabi Adam yang karenanya ia
bertanggung jawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Qur'an tidak menyebut
Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa
yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan karena
kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin
menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.
Belum selesai Nabi Adam memakan buah
tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu.
Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah musik indah yang memancar dari
dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian juga istrinya.
Akhirnya, ia mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa istrinya seorang
wanita. Ia dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh
mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun
dari surga.
Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi.
Mereka keluar dari surga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak
henti-hentinya menangis. Karena ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT
menerima taubat mereka dan Allah SWT memberitahukan kepada mereka bahwa bumi
adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di
atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan. Allah SWT
berfirman:
"Di bumi itu kamu hidup dan di
bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. "
(QS. al-A'raf: 25)
Kemudian Allah SWT menceritakan kisah
tentang pelajaran ketiga yang diperoleh Nabi Adam selama keberadaannya di surga
dan setelah keluarnya ia darinya dan turunnya ia ke bumi.
Allah SWT berfirman:
"Dan Sesungguhnya telah Kami
perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak
Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata
kepada malaikat: 'Sujudlah kamu kepada Adam,' maka mereka sujud kecuali Mis. la
membangkang. Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah
musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,
dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan ditimpa
panas matahari di dalamnya.' Kemudian setan membisikkan pikiran jahat
kepadanya, dengan berkata: 'Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon
khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ?' Maka keduanya memakan dari buah
pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam dan
sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan
memberinya petunjuk. Allah berfirman: 'Turunlah kamu berdua dari surga
bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika
datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.'" (QS. Thaha: 115-123)
Sebagian orang menganggap bahwa Nabi
Adam keluar dari surga karena kesalahannya dan kemaksiatannya. Ini adalah
anggapan yang tidak benar karena Allah SWT berkehendak menciptakan Nabi Adam di
mana Dia berkata kepada malaikat: "Sesungguhnya aku akan menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." Dan Dia tidak mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya aku akan menjadikan khalifah di surga."
Tidaklah turunnya Nabi Adam ke bumi
sebagai penurunan penghinaan tetapi ia merupakan penurunan kemuliaan
sebagaimana dikatakan oleh kaum sufi. Allah SWT mengetahui bahwa Nabi Adam dan
Hawa akan memakan buah itu, dan selanjutnya mereka akan turun ke bumi. Allah
SWT juga mengetahui bahwa setan akan merampas kebebasan mereka. Pengalaman
merupakan dasar penting dari proses menjadi khalifah di muka bumi agar Nabi
Adam dan Hawa mengetahui—begitu juga keturunan mereka— bahwa setan telah
mengusir kedua orang tua mereka dari surga, dan bahwa jalan menuju surga dapat
dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT dan permusuhan pada setan.
Apakah dikatakan kepada kita bahwa
manusia adalah makhluk yang terpaksa, dan bahwa Nabi Adam terpaksa atau dipaksa
untuk berbuat kesalahan sehingga ia keluar dari surga dan kemudian turun ke
bumi? Sebenarnya anggapan ini tidak kalah bodohnya dari anggapan pertama.
Sebab, Nabi Adam merasakan kebebasan sepenuhnya, yang karenanya ia mengemban
tanggung jawab dari perbuatannya. Ia durhaka dan memakan buah tersebut sehingga
Allah SWT mengeluarkannya dari surga. Maksiat yang dilakukannya tidak
berlawanan dengan kebebasannya, bahkan keberadaannya yang asli bersandar kepada
kebebasannya. Alhasil, Allah SWT mengetahui apa yang bakal terjadi. Dia
mengetahui sesuatu sebelum terjadinya sesuatu itu. Pengetahuan-Nya itu berarti
cahaya yang menyingkap, bukan kekuatan yang memaksa. Dengan kata lain, Allah
SWT mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi Dia tidak men-cegahnya atau
mendorongnya agar terjadi. Allah SWT memberikan kebebasan kepada
hamba-hamba-Nya dan semua makhluk-Nya. Yang demikian itu berkenaan dengan
hikmah-Nya yang tinggi dalam memakmurkan bumi dan mengangkat khalifah di
dalamnya.
Nabi Adam memahami pelajaran ketiga. Ia
memahami bahwa iblis adalah musuhnya. Secara pasti ia mengerti bahwa iblis
adalah penyebab ia kehilangan nikmat dan penyebab kehancurannya. Ia mengerti
bahwa Allah SWT akan menyiksa seseorang jika ia berbuat maksiat, dan bahwa
jalan menuju ke surga dapat dilewati dengan ketaatan kepada Allah SWT. Ia
memahami bahwa Allah SWT menerima taubat, memaafkan, menyayangi, dan memilih.
Allah SWT mengajari mereka agar beristigfar dan mengucapkan:
"Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscayalah pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi." (QS. al-A'raf: 23)
Allah SWT menerima taubatnya dan
memaafkannya serta mengirimnya ke bumi. Nabi Adam adalah Rasul pertama bagi
manusia. Mulailah kehidupan Nabi Adam di bumi. Ia keluar dari surga dan
berhijrah ke bumi, dan kemudian ia menganjurkan hal tersebut (hijrah) kepada
anak-anaknya dan cucu-cucunya dari kalangan nabi. Sehingga setiap nabi memulai
dakwahnya dan menyuruh kaumnya dengan cara keluar dari negerinya atau
berhijrah. Di sana Nabi Adam keluar dari surga sebelum kenabiannya, sedangkan
di sini (di bumi) para nabi biasanya keluar (hijrah) setelah pengangkatan
kenabian mereka.
Nabi Adam mengetahui bahwa ia
meninggalkan kedamaian ketika keluar dari surga. Di bumi ia harus menghadapi
penderitaan dan pergulatan, di mana ia harus menanggung kesulitan agar dapat
makan, dan ia harus melindungi dirinya dengan pakaian dan senjata, serta
melindungi istrinya dan anak-anaknya dari serangan binatang buas yang hidup di
bumi. Sebelum semua itu dan sesudahnya, ia harus meneruskan pertempurannya
dengan pangkal kejahatan yang menyebabkannya keluar dari surga, yaitu setan. Di
bumi, setan membuat waswas kepadanya dan kepada anak-anaknya sehingga mereka
masuk dalam neraka Jahim. Pertempuran antara pasukan kebaikan dan pasukan
kejahatan di bumi tidak akan pernah berhenti. Maka barangsiapa yang mengikuti
petunjuk Allah SWT, ia tidak akan merasakan ketakutan dan kesedihan, dan
barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah SWT dan mengikuti makhluk api, iblis,
maka ia akan bersamanya di neraka.
Nabi Adam mengerti semua ini. Ia
menyadari bahwa penderitaan akan menyertai kehidupannya di atas bumi.
Satu-satunya yang dapat meringankan kesedihannya adalah, bahwa ia menjadi
penguasa di bumi, yang karenanya ia harus menundukkannya, memakmurkannya, dan
membangunnya serta melahirkan keturunan yang baik di dalamnya, sehingga mereka
dapat mengubah kehidupan dan membuatnya lebih baik. Hawa melahirkan dalam satu
perut seorang lelaki dan seorang perempuan, dan pada perut berikutnya seorang
lelaki dan seorang perempuan, maka dihalalkan perkawinan antara anak lelaki
dari perut pertama dengan anak perempuan dari perut kedua. Akhirnya, anak-anak
Nabi Adam menjadi besar dan menikah serta memenuhi bumi dengan keturunannya.
Nabi Adam mengajak mereka untuk
menyembah Allah SWT. Nabi Adam menyaksikan kecenderungan pertama dari anaknya terhadap
pangkal kejahatan, yaitu iblis sehingga terjadilah kejahatan pembunuhan yang
pertama kali di muka bumi. Salah seorang anak Nabi Adam membunuh saudara
kandungnya sendiri. Anak yang jahat itu membunuh saudaranya yang baik. Allah
berfirman:
"Ceritakanlah kepada mereka kisah
kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan kurban, maka diterimalah dari salah seorang dari mereka berdua
(Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). (QS. al-Maidah: 27)
Dikatakan bahwa pembunuh ingin merebut
istri saudara kandungannya untuk dirinya sendiri. Nabi Adam memerintahkan
mereka berdua untuk menghadirkan kurban lalu setiap dari mereka menghadirkan
kurban yang dimaksud. Allah SWT menerima kurban dari salah satu dari mereka dan
menolak kurban yang lain:
"Ia (Qabil) berkata: 'Aku pasti
membunuhmu.' Berkata Habil: 'Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari
orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku
untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan sekalian alam. (QS.
al-Maidah: 27-28)
Perhatikanlah bagaimana Allah SWT
menyampaikan kepada kita kalimat-kalimat yang diucapkan oleh anak Nabi Adam
yang terbunuh sebagai syahid, dan ia menyembunyikan kalimat-kalimat yang
diucapkan oleh si pembunuh. Si pembunuh mengangkat tangannya sambil mengancam,
namun calon korban pembunuhan itu berkata dengan tenang:
Sesungguhnya aku ingin agar kamu
kembali dengan membawa dosa membunuhku dan dosamu sendiri, maka kamu akan
menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang
yang lalim. " (QS. al-Maidah: 29)
Selesailah percakapan antara mereka
berdua dan anak yang jahat itu membiarkan anak yang baik beberapa saat. Setelah
beberapa hari, saudara yang baik itu tidur di tengah-tengah hutan yang penuh
dengan pohon. Di hutan itu, keledai tua mati dan dagingnya dimakan oleh burung
Nasar dan darahnya ditelan oleh bumi. Yang tersisa hanya tulang belulang
berserakan di tanah. Kemudian saudaranya yang jahat membawanya menuju saudara
kandungnya yang sedang tidur, lalu ia mengangkat tangannya dan menjatuhkan
dengan keras dan cepat. Anak laki-laki baik itu tampak pucat wajahnya ketika
melihat darah mengucur darinya, lalu ia bangun. Ia bermimpi saat tidur. Lalu si
pembunuh menghantam saudaranya sehingga tidak tampak lagi gerakan dari
tubuhnya. Si pembunuh puas bahwa saudara kandungnya benar-benar mati. Pembunuh
itu berdiri di depan korban dengan tenang dan tampak pucat wajahnya.
Rasulullah saw bersabda: "Setiap
orang yang membunuh jiwa yang tak berdosa maka anak Adam yang pertama akan juga
menanggung dosanya karena ia yang pertama kali mengajarkan pembunuhan." Si
pembunuh terduduk di depan saudaranya dalam keadaan berlumuran darah. Apa yang
akan dikatakannya terhadap Nabi Adam, ayahnya, jika ia bertanya kepadanya
tentang hal itu. Nabi Adam mengetahui bahwa mereka berdua keluar bersama-sama
lalu mengapa ia kembali sendinan. Seandainya ia mengingkari pembunuhan terhadap
saudaranya itu di depan ayahnya, maka di manakah ia dapat menyembunyikan
jasadnya, dan di mana ia dapat membuangnya? Saudaranya yang terbunuh itu
merupakan manusia yang pertama kali mad di muka bumi sehingga tidak diketahui
bagaimana cara menguburkan orang yang mati. Pembunuh itu membawa jasad saudara
kandungnya dan memikulnya. Tiba-tiba keheningan itu dipecah dengan suara burung
yang berteriak sehingga ia merasa ketakutan. Pembunuh itu menoleh dan menemukan
seekor burung gagak yang berteriak di atas bangkai burung gagak yang mati.
Burung gagak yang hidup meletakkan bangkai burung gagak yang mad di atas tanah
lalu ia mulai menggali tanah dengan paruhnya dan kedua kakinya. Kemudian ia
mengangkatnya dengan paruhnya dan meletakkannya dengan lembut dalam kuburan.
Lalu ia menimbunkannya di atas tanah. Setelah itu, ia terbang di udara dan
kembali berteriak. Si pembunuh berdiri dan ia mundur untuk meraih jasad saudara
kandungnya dan kemudian berteriak:
"Berkata Qabil: 'Aduhai, celaka
aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat
menguburkan saudaraku ini?" (QS. al-Maidah: 31)
Ia mulai merasakan kesedihan yang
sangat dalam atas apa yang telah dilakukannya terhadap saudaranya. Ia segera
menyadari bahwa ia adalah orang yang paling buruk dan paling lemah. Ia telah
membunuh orang yang paling utama dan paling kuat. Anak Nabi Adam berkurang satu
dan iblis berhasil "mencuri" seorang anak Nabi Adam. Bergetarlah
tubuh si pembunuh dan ia mulai menangis dengan keras, lalu ia menggali kuburan
saudara kandungnya. Ketika mendengar kisah tersebut Nabi Adam berkata:
"Ini adalah perbuatan setan.
Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata." (QS.
al-Qashash: 15)
Nabi Adam merasakan kesedihan mendalam
atas hilangnya salah satu anaknya. Salah seorang dari mereka mad dan yang lain
dikuasai oleh setan. Nabi Adam salat untuk anaknya yang mati, dan kemudian ia
kembali menjalani kehidupannya di muka bumi. Beliau adalah manusia yang bekerja
dan mengalami penderitaan. Seorang Nabi yang menasihati anak-anaknya dan
cucu-cucunya, serta mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Beliau
menceritakan kejahatan iblis kepada mereka, dan meminta kepada mereka agar
berhati-hati darinya. Beliau menceritakan pengalaman pribadinya bersama iblis
kepada mereka, dan menceritakan kehidupannya bersama anaknya yang tega
membunuh saudara kandungnya sendiri.
Nabi Adam telah menjadi dewasa, lalu
tahun demi tahun datang silih berganti sehingga anak-anaknya tersebar di bumi,
lalu datanglah waktu malam di atas bumi. Angin bertiup sangat kencang. Dan
bergoncanglah daun-daun pohon tua yang ditanam oleh Nabi Adam, di mana
dahan-dahannya mendekati danau sehingga buahnya menyentuh air danau. Dan ketika
pohon itu menjadi tegak setelah berlalunya angin, air mulai berjatuhan di
antara cabang-cabangnya dan tampak dari jauh bahwa pohon itu sedang menarik
dirinya (memisahkan diri) dari air dan menangis. Pohon itu sedih dan
dahan-dahannya berguncang. Sementara itu, di langit tampak bahwa
bintang-bintang juga berguncang. Cahaya bulan menerobos kamar Nabi Adam
sehingga cahaya itu menerpa wajah Nabi Adam. Wajah Nabi Adam tampak lebih pucat
dan lebih muram dari wajah bulan. Bulan mengetahui bahwa Nabi Adam akan mati.
Kamar yang sederhana, kamarnya Nabi
Adam. Nabi Adam tertidur dengan jenggotnya yang putih dan wajahnya yang
bersinar di atas tempat ddur dari dahan-dahan pohon dan bunga-bunga.
Anak-anaknya semua berdiri di sekelilingnya dan menunggu wasiatnya. Nabi Adam
berbicara dan memahamkan anak-anaknya bahwa hanya ada satu perahu keselamatan
bagi manusia, dan hanya ada satu senjata baginya yang dapat menenangkannya.
Perahu itu adalah petunjuk Allah SWT dan senjata itu adalah kalimat-kalimat
Allah SWT.
Nabi Adam menenangkan anak-anaknya,
bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan manusia sendirian di muka bumi.
Sesungguhnya Dia akan mengutus para nabi untuk membimbing mereka dan
menyelamatkan mereka. Para nabi itu memiliki nama-nama, sifat-sifat, dan
mukjizat-mukjizat yang berbeda-beda. Tetapi mereka dipertemukan dengan satu
hal, yaitu mengajak untuk menyembah Allah SWT semata.
Demikianlah wasiat Nabi Adam kepada
anak-anaknya. Akhirnya, Nabi Adam menutup kedua matanya, dan para malaikat
memasuki kamarnya dan mengelilinginya. Had Nabi Adam tersenyum ketika
mendapatkan kata salam yang dalam, dan rohnya mencium bau bunga surga.
Perintah
Allah kepada malaikat dan iblis untuk sujud kepada Adam merupakan awal
permusuhan iblis kepada manusia. Ia menolak perintah itu sehingga dihukum
Allah. Namun iblis berjanji akan menyesatkan Adam dan keturunannya. Salah satu
bentuk tipu dayanya adalah berhasil menggoda Adam untuk melanggar larangan
Allah sehingga Adam dikeluarkan dari surga.
Allah subhanahu wa ta'ala ingin menampakkan penghormatan
malaikat kepada kepada Nabi Adam secara lahir dan batin. Untuk itu, Allahmj subhanahu
wa ta'ala perintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam alaihisholatu
was sallam:
“Sujudlah kepada Adam!” (QS. Al Baqarah: 34)
Hal ini merupakan penghormatan dan penghargaan kepada Nabi Adam
alaihishalatu was sallam dan dalam rangka ibadah, cinta dan taat kepada
Allah subhanahu wata’ala, serta tuduk kepada perintah-Nya. Segeralah
para malaikat itu bersujud.
Namun iblis yang berada di tengah-tengah mereka yang tentunya
ikut serta mendapatkan perintah itu -iblis itu sendiri bukan dari golongan
malaikat melainkan dari golongan jin yang diciptakan dari api-, justru
menyimpan kekafiran kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan kedengkian
kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam. Kufur dan rasa dengki itu
membuat iblis enggan sujud kepada Nabi Adam alaihishalatu was sallam.
Tak cuma menunjukkan kesombongan, iblis bahkan menyangkal perintah Allah subhanahu
wa ta'ala dan mencela kebijaksanaan-Nya. Katanya:
“Saya lebih baik darinya. Engkau ciptakan aku dari api dan
Engkau ciptakan dia dari tanah.” (QS. Al A’raf: 12)
Maka Allah katakan:
“Wahai iblis, apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa
yang telah Kuciptakan dengan dua tangan-Ku? Apakah engkau sombong ataukah
engkau (merasa) termasuk orang-orang yang lebih tinggi?” (QS. Shad:75)
Kekufuran, kesombongan, dan pembangkangan ini merupakan sebab
terusirnya dan terlaknatinya Iblis. Allah subhanahu wa ta'ala katakan
kepadanya:
“Turunlah kamu dari surga karena kamu tidak sepatutnya
menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang hina.” (QS. Al A’raf: 13)
Iblis enggan tunduk dan bertobat kepada Tuhannya, bahkan
menentang, meremehkan, dan bertekad bulat untuk memusuhi Adam alaihishalatu
was sallam beserta anak cucunya. Ia pun menyiapkan dirinya saat mengetahui
bahwa dirinya telah ditetapkan menjadi makhluk yang sengsara selama-lamanya.
Ia, dengan ucapan dan perbuatan bersama bala tentaranya, berikrar untuk
mengajak anak cucu Adam alaihishalatu was sallam agar menjadi golongan
yang telah diputuskan untuk tinggal di rumah kehancuran (neraka). Iblis
nyatakan hal itu dengan mengatakan kepada Allah subhanahu wa ta'ala:
“Wahai Rabbku, berilah aku waktu sampai hari kebangkitan.”
(QS. Shad: 79)
Iblis benar-benar meluangkan waktu untuk menebar permusuhan di
kalangan Adam alaihisholatu was sallam dan anak cucunya. Maka tatkala
hikmah Allah subhanahu wa ta'ala menuntut agar manusia mempunyai tabiat
dan akhlak yang berbeda-beda, maka Allah subhanahu wa ta'ala juga
menentukan sesuatu yang menyebabkannya. Yaitu berupa cobaan dan ujian, dan yang
terbesarnya adalah diberinya iblis kesempatan untuk mengajak anak Adam alaihishalatu
was sallam kepada semua jenis kejahatan. Maka Allah subhanahu wa ta'ala
pun menjawab:
“Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
sampai pada hari yang telah di tentukan waktunya.” (QS. Shad: 80-81)
Iblis menyambut jawaban itu dengan menegaskan permusuhan kepada
Adam alaihishalatu was sallam beserta anak cucunya dan menegaskan
maksiatnya kepada Allah subhanahu wa ta'ala, katanya:
“Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar
akan (menghalangi-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus kemudian saya akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
(QS. Al A’raf:16-17)
Iblis mengucapkan itu berdasarkan sangkaannya, karena ia tahu
benar tabiat anak Adam alaihishalatu was sallam. “Dan iblis telah
membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya
kecuali sebagian orang-orang yang beriman.” (QS. Saba’: 20)
Allah berikan iblis kesempatan untuk melakukan perkara yang
telah menjadi niatannya pada Adam alaihishalatu was sallam dan anak
cucunya. Allah katakan:
“Pergilah, siapa yang mengikutimu dari mereka, maka
jahannamlah balasan kalian semua sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan
hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan
kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki dan
berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak.” (QS. Al Isra: 63-64)
Yakni jika kamu mampu, jadikanlah mereka orang-orang yang
menyeleweng dalam mendidik anak-anak mereka dengan didikan yang rusak dan dalam
membelanjakan harta mereka kepada hal-hal yang mudharat, juga dalam mencari
harta dari yang tidak baik. Begitu pula ikut sertalah dengan mereka jika mereka
makan, minum, dan berjima’, yakni ketika mereka tidak menyebut nama Allah subhanahu
wa ta'ala. Juga perintahkanlah mereka untuk tidak beriman dengan hari
kebangkitan dan pembalasan dan agar mereka tidak melakukan kebajikan.
Takut-takuti mereka dengan pembantu-pembantumu, berikan kekhawatiran pada
mereka ketika berinfak yang baik dengan kefakiran.
Kesempatan yang Allah berikan ini sesungguhnya demi sebuah
hikmah dan rahasia yang besar. Sungguh engkau wahai musuh yang nyata tidak akan
menyisakan sedikitpun dari kemampuanmu dalam menyesatkan mereka. Manusia yang
jahat akan nampak kejahatan dan kejelekannya, dan Allah subhanahu wa ta'ala
tidak akan mempedulikannya.
Adapun keturunan Adam alaihishalatu was sallam yang
terpilih, baik dari kalangan para nabi dan pengikutnya, baik orang-orang yang
sangat jujur dalam beriman, dan para wali-Nya, maka Allah subhanahu wa
ta'ala tidak akan menguasakan musuh ini (iblis) atas mereka. Bahkan Allah subhanahu
wa ta'ala menjadikan di sekitar mereka pagar pelindung yang begitu kuat,
sebagai perlindungan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala membekalinya dengan senjata
yang tidak mungkin musuh bisa menandinginya, yaitu kesempurnaan iman dan
tawakal mereka kepada Rabb-nya.
“Sungguh mereka tidak memiliki kekuatan atas orang-orang
yang beriman dan bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. An Nahl: 99).
Juga Allah subhanahu wa ta'ala bantu mereka dalam menghadapi
musuh yang nyata itu di antaranya dengan menurunkan kitab-kitab yang mencakup
ilmu yang bermanfaat, nasehat yang mengena yang memberi semangat untuk
melakukan kebajikan dan memperingatkan dari kejelekan. Selain itu, Allah subhanahu
wa ta'ala juga mengutus para Rasul yang membawa kabar gembira kepada mereka
yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan mentaati-Nya dengan
pahala.
Juga memperingatkan orang-orang kafir, yang mendustakan dan
berpaling dari Allah, dengan berbagai macam hukuman. Allah subhanahu wa
ta'ala juga menjamin orang yang mengikuti petunjuk yang terkandung di dalam
kitab-Nya yang dibawa oleh rasul-Nya tidak sesat semasa di dunia dan tidak
sengsara kelak di akhirat, tidak takut, serta tidak tertimpa perasaan sedih.
Demikian juga Allah subhanahu wa ta'ala bimbing mereka
melalui kitab dan para rasul-Nya kepada hal-hal yang bisa melindungi mereka
dari musuh yang nyata ini. Allah subhanahu wa ta'ala pun menerangkan
kepada hamba-Nya, misi yang dibawa setan dan strateginya dalam menjaring
manusia ke dalam perangkapnya. Juga Allah subhanahu wa ta'ala bimbing
mereka kepada jalan yang menyelamatkan mereka dari kejahatan setan dan
fitnahnya, dan membantu dengan bantuan yang di luar kemampuan mereka. Karena,
ketika mereka mengeluarkan segala daya upaya dan minta bantuan kepada Allah subhanahu
wa ta'ala, akan mudah bagi mereka jalan mana saja yang dituju.
Setelah itu Allah subhanahu wa ta'ala sempurnakan nikmat
kepada Adam alaihishalatu was sallam dengan menciptakan istrinya Hawa
dari dirinya dan jenisnya. Ini dimaksudkan agar tercapai ketenangan dan
tujuan-tujuan lain seperti pernikahan, kebersamaan, dan adanya anak keturunan.
Allah subhanahu wa ta'ala juga memperingatkan Adam dan
istrinya, untuk berhati-hati dari setan karena sesungguhnya setan adalah musuh
bagi mereka berdua. Jangan sampai iblis mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga
Allah subhanahu wa ta'ala. Ketika itu, Allah mempersilahkan mereka makan
buah-buahan apa saja yang ada di dalam surga dan menikmati segala kenikmatan
yang ada padanya, kecuali pohon tertentu. Allah subhanahu wa ta'ala
katakan kepada mereka berdua:
“Dan jangan kalian dekati pohon ini sehingga kalian menjadi
orang-orang yang dzalim.” (QS. Al A’raf: 19)
“Sungguh kamu tidak akan lapar padanya dan tidak telanjang
dan sungguh engkau tidak akan dahaga padanya, dan tidak tertimpa panas
matahari.” (QS. Thaha: 119)
Maka keduanya tinggal di surga selama dikehendaki Allah subhanahu
wa ta'ala dengan segala kenikmatannya. Akan tetapi musuh mereka berdua
terus mengintai dan mencari kesempatan. Maka ketika setan melihat senangnya
Adam alaihishalatu was sallam di dalamnya dan keinginannya yang besar
untuk tetap tinggal di dalamnya, setan datang dengan cara yang lembut seolah
seorang yang jujur sedang menasehati, ia katakan:
‘Wahai adam apakah engkau mau kutunjukkan sebuah pohon yang
jika kamu memakannya kamu akan kekal di surga ini dan akan langgeng kerajaan
ini serta tidak akan rusak’. Terus menerus ia rayu Adam alaihishalatu was
sallam. Ia janjikan, ia bisikkan, ia berikan harapan dan seolah terus
memberi nasehat padahal itu adalah penipuan yang besar. Hingga setan pun
berhasil menipu mereka berdua dan akhirnya keduanya makan dari pohon terlarang
itu. Maka ketika makan, terlepaslah pakaian mereka berdua sehingga terlihat auratnya,
akhirnya keduanya cepat-cepat mengambil daun-daun surga untuk menutupi badan
mereka yang telanjang sebagai pengganti pakaian mereka. Seketika itu pula
nampak hukuman Allah subhanahu wa ta'ala atas maksiat yang mereka
lakukan, lalu Allah subhanahu wa ta'ala menyeru mereka berdua:
“Tidakkah Aku telah melarang kalian berdua makan dari pohon
ini dan Aku katakan kepada kalian berdua sungguh setan adalah musuh yang nyata
buat kalian berdua.” (QS. Al A’raf: 22).
Kemudian Allah tumbuhkkan pada hati mereka taubat yang
sungguh-sungguh.
“Adam memperoleh beberapa kalimat dari Robbnya.” (QS. Al
Baqarah: 22).
Maka keduanya berkata: “Wahai Rabb kami, sungguh kami telah
berbuat dzalim pada diri kami, jikalau Engkau tidak mengampuni dan mengasihi
kami, benar-benar kami akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al
A’raf: 23).
Maka Allah terima taubat mereka dan Allah hapus dosa yang telah
menodai mereka. Akan tetapi keluar dari surga jika mereka memakan dari pohon
itu, sudah menjadi keputusan yang pasti sehingga keluarlah mereka ke bumi yang
kebaikannya dicampuri dengan keburukannya, kesenangan dicampuri dengan
kesusahannya.
Allah kabarkan kepada keduanya bahwa Allah subhanahu wa
ta'ala pasti akan memberikan cobaan pada keduanya dan anak cucunya, serta
orang-orang yang beriman. Yang beramal shalih akan mendapatkan balasan yang
baik, sebaliknya yang mendustakan lagi berpaling, akibatnya adalah kesengsaraan
yang abadi dan adzab yang kekal. Allah subhanahu wa ta'ala ingatkan anak
cucu Adam akan hal itu, kata-Nya:
“Wahai anak Adam jangan sekali-kali kalian dapat ditipu oleh
setan seperti telah mengeluarkan ayah ibu kalian dari surga, ia tanggalkan
pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat. Sesungguhnya ia
dan pengikutnya melihat kamu dari seuatu tempat yang kamu tidak dapat melihat
mereka.” (QS. Al A’raf: 27)
Allah subhanahu wa ta'ala kemudian mengganti pakaian
yang ditanggalkan oleh setan dari Adam dan Hawa dengan pakaian yang menutupi
aurat mereka dan menghiasi mereka secara lahir. Juga dengan pakaiaan yang lebih
baik dari itu yaitu pakaian ketakwaan, yakni pakaian hati dan rohani dengan
iman, keikhlasan, taubat dan hiasan dengan segala akhlak yang indah serta
menanggalkan segala akhlak yang hina. Lalu Allah subhanahu wa ta'ala
tebarkan dari Adam alaihishalatu was sallam dan istrinya anak turun yang
banyak laki-laki maupun perempuan di muka bumi. Allah ganti mereka generasi
demi generasi untuk dilihat oleh-Nya apa yang mereka lakukan.
Faedah yang dipetik:
Allah subhanahu wa ta'ala jadikan kisah itu sebagai
ibrah untuk kita yaitu bahwa sesungguhnya sombong, dengki, dan ambisi merupakan
akhlak yang berbahaya buat seorang hamba. Kesombongan dan kedengkian iblis
membawanya kepada apa yang kita lihat, demikian juga keinginan kuat Adam alaihishalatu
was sallam dan istrinya mengantarkan mereka memakan buah pohon itu.
Kalaulah rahmat Allah subhanahu wa ta'ala tidak segera menyelamatkan,
sungguh perbuatan mereka itu akan menyampaikan kepada kebinasaan. Akan tetapi
rahmat-Nya segera menyempurnakan yang kurang, me
mperbaiki
yang rusak, menyelamatkan yang binasa dan mengangkat yang telah jatuh
KISAH NABI IDRIS
Allah SWT berfirman:
"Dan ceritakanlah
(hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al-Qur'an.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang rasul. Dan
Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."
(QS. Maryam: 56-57)
Kita tidak mengetahui kapan Nabi Idris
hidup dan kepada kaum siapa dia diutus dan bagaimana Allah SWT mengangkat derajatnya
pada kedudukan yang tinggi. Menurut dongeng kuno disebutkan bahwa Nabi Idris
adalah Uzairis, salah seorang pahlawan Mesir kuno. Beliau dianggap sebagai
Tuhan berhala. Izis, isterinya memainkan peranan penting dalam mengembalikannya
pada kehidupan. Kami tidak memiliki suatu sumber yang otentik yang dapat kami
percaya untuk meneguhkan pendapat seputar Nabi Idris. Barangkali Idris adalah
seorang Nabi yang dermawan dan mulia dan diutus di Mesir, lalu Allah SWT
mengangkatnya di sisi-Nya seperti Nabi Isa Ibnu Maryam. Ketika beliau diangkat,
terjadilah berbagai macam isu dan fitnah seputar beliau dan kemudian beliau
dijadikan sebagai Tuhan. Dan barangkali ada versi lain sepu-tar kisah itu. Yang
jelas Al-Qur'an al-Karim tidak menyingkap kesamaran yang berhubungan dengan
Nabi Idris. Yang kami ketahui hanya bahwa beliau adalah seorang yang jujur,
yang terpercaya, dan seorang Nabi. Allah SWT mengangkatnya ke derajat yang
tinggi di sisi-Nya. ♦
KISAH NABI NUH AS
Berlalulah beberapa tahun dari kematian
Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan
batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan sesuai
dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan
yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk kelupaan, meskipun kali
ini terulang secara berbeda.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah
hidup lima orang saleh dari kakek-kakek kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama
beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa',
Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka, orang-orang membuat
patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai
peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang
memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak
itu mati, dan datanglah cucu-cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng
dan khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahwa
patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Di sinilah iblis memanfaatkan
kesempatan, dan ia membisikkan kepada manusia bahwa berhala-berhala tersebut
adalah Tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya sehingga
akhirnya manusia menyembah berhala-berhala itu. Kami tidak mengetahui sumber
yang terpecaya berkenaan dengan bagaimana bentuk kehidupan ketika penyembahan
terhadap berhala dimulai di bumi, namun kami mengetahui hukum umum yang tidak
pernah berubah ketika manusia mulai cenderung kepada syirik. Dalam situasi
seperti itu, kejahatan akan memenuhi bumi dan akal manusia akan kalah, serta
akan meningkatnya kelaliman dan banyaknya orang-orang yang teraniaya. Yang kaya
semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Alhasil, kehidupan manusia
semuanya akan berubah menjadi neraka Jahim. Situasi demikian ini pasti terjadi
ketika manusia menyembah selain Allah SWT, baik yang disembah itu berhala dari
batu, anak sapi dari emas, penguasa dari manusia, sistem dari berbagai sistem,
mazhab dari berbagai mazhab, atau kuburan seorang wali. Sebab satu-satunya yang
menjamin persamaan di antara manusia adalah, saat mereka hanya menyembah Allah
SWT dan saat Dia diakui sebagai Pencipta mereka dan yang membuat undang-undang
bagi mereka. Tetapi saat jaminan ini hilang lalu ada seorang yang mengklaim,
atau ada sistem yang mengklaim memiliki wewenang ketuhanan maka manusia akan
binasa dan akan hilanglah kebebasan mereka sepenuhnya.
Penyembahan kepada selain Allah SWT
bukan hanya sebagai sebuah tragedi yang dapat menghilangkan kebebasan, namun
pengaruh buruknya dapat merembet ke akal manusia dan dapat mengotorinya. Sebab,
Allah SWT menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya dan menjadikan akalnya
sebagai permata yang bertujuan untuk memperoleh ilmu. Dan ilmu yang paling
penting adalah kesadaran bahwa Allah SWT semata sebagai Pencipta, dan
selain-Nya adalah makhluk. Ini adalah poin penting dan dasar pertama yang harus
ada sehingga manusia sukses sebagai khalifah di muka bumi.
Ketika akal manusia kehilangan
potensinya dan berpaling ke selain Allah SWT maka manusia akan tertimpa
kesalahan. Terkadang seseorang mengalami kemajuan secara materi karena ia
berhasil melalui jalan-jalan kemajuan, meskipun ia tidak beriman kepada Allah
SWT, namun kemajuan materi ini yang tidak disertai dengan pengenalan kepada
Allah SWT akan menjadi siksa yang lebih keras daripada siksaan apa pun, karena
ia pada akhirnya akan menghancurkan manusia itu sendiri. Ketika manusia
menyembah selain Allah SWT maka akan meningkatlah penderitaan kehidupan dan
kefakiran manusia. Terdapat hubungan kuat antara kehinaan manusia dan kefakiran
mereka, serta tidak berimannya mereka kepada Allah. Allah SWT berfirman:
"Seandainya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi. " (QS. al-A'raf: 96)
Demikianlah, bahwa kufur kepada Allah
SWT atau syirik kepada-Nya akan menyebabkan hilangnya kebebasan dan hancurnya
akal serta meningkatnya kefakiran, serta kosongnya kehidupan dari tujuan yang
mulia. Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh untuk membawa
ajaran-Nya kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak
terpengaruh oleh polusi kolektif, yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT
memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya.
Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia
berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia merupakan manusia terbesar di
zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, bukan penguasa
mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka. Kita mengetahui
bahwa kebesaran tidak selalu berhubungan dengan kerajaan, kekayaan, dan
kekuasaan. Tiga hal tersebut biasanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yang hina. Namun
kebesaran terletak pada kebersihan hati, kesucian nurani, dan kemampuan akal
untuk mengubah kehidupan di sekitarnya. Nabi Nuh memiliki semua itu, bahkan
lebih dari itu. Nabi Nuh adalah manusia yang mengingat dengan baik perjanjian
Allah SWT dengan Nabi Adam dan anak-anaknya, ketika Dia menciptakan mereka di
alam atom. Berdasarkan fitrah, ia beriman kepada Allah SWT sebelum
pengutusannya pada manusia. Dan semua nabi beriman kepada Allah SWT sebelum
mereka diutus. Di antara mereka ada yang "mencari" Allah SWT seperti
Nabi Ibrahim, ada juga di antara mereka yang beriman kepada-Nya dari lubuk hati
yang paling dalam, seperti Nabi Musa, dan di antara mereka juga ada yang
beribadah kepada-Nya dan menyendiri di gua Hira, seperti Nabi Muhammad saw.
Terdapat sebab lain berkenaan dengan
kebesaran Nabi Nuh. Ketika ia bangun, tidur, makan, minum, atau mengenakan
pakaian, masuk atau keluar, ia selalu bersyukur kepada Allah SWT dan
memuji-Nya, serta mengingat nikmat-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya. Oleh
karena itu, Allah SWT berkata tentang Nuh:
"Sesungguhnya dia adalah hamba
(Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3)
Allah SWT memilih hamba-Nya yang
bersyukur dan mengutusnya sebagai nabi pada kaumnya. Nabi Nuh keluar menuju
kaumnya dan memulai dakwahnya:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak
menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. " (QS.
al-A'raf: 59)
Dengan kalimat yang singkat tersebut,
Nabi Nuh meletakkan hakikat ketuhanan kepada kaumnya dan hakikat hari
kebangkitan. Di sana hanya ada satu Pencipta yang berhak disembah. Di sana
terdapat kematian, kemudian kebangkitan kemudian hari kiamat. Hari yang besar
yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.
Nabi Nuh menjelaskan kepada kaumnya
bahwa mustahil terdapat selain Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta. Ia
memberikan pengertian kepada mereka, bahwa setan telah lama menipu mereka dan
telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada
mereka, bahwa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka,
memberi mereka rezeki, dan menganugerahi akal kepada mereka. Manusia
mendengarkan dakwahnya dengan penuh kekhusukan. Dakwah Nabi Nuh cukup
mengguncangkan jiwa mereka. Laksana tembok yang akan roboh yang saat itu di
situ ada seorang yang tertidur dan engkau meng-goyang tubuhnya agar ia bangun.
Barangkali ia akan takut dan ia marah meskipun engkau bertujuan untuk
menyelamatkannya.
Akar-akar kejahatan yang ada di bumi
mendengar dan merasakan ketakutan. Pilar-pilar kebencian terancam dengan cinta ini
yang dibawa oleh Nabi Nuh. Setelah mendengar dakwah Nabi Nuh, kaumnya terpecah
menjadi dua kelompok: Kelompok orang-orang lemah, orang-orang fakir, dan
orang-orang yang menderita, di mana mereka merasa dilindungi dengan dakwah Nabi
Nuh, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok orang-orang kaya,
orang-orang kuat, dan para penguasa di mana mereka menghadapi dakwah Nabi Nuh
dengan penuh keraguan. Bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan, mereka mulai
melancarkan serangan untuk melawan Nabi Nuh. Mula-mula mereka menuduh bahwa
Nabi Nuh adalah manusia biasa seperti mereka:
"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin
yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang
manusia (biasa) seperti kami.'" (QS. Hud: 27)
Dalam tafsir al-Quturbi disebutkan:
"Masyarakat yang menentang dakwahnya adalah para pembesar dari kaumnya.
Mereka dikatakan al-Mala' karena mereka seringkali berkata. Misalnya mereka
berkata kepada Nabi Nuh: "Wahai Nuh, engkau adalah manusia biasa."
Padahal Nabi Nuh juga mengatakan bahwa ia memang manusia biasa. Allah SWT
mengutus seorang rasul dari manusia ke bumi karena bumi dihuni oleh manusia.
Seandainya bumi dihuni oleh para malaikat niscaya Allah SWT mengutus seorang
rasul dari malaikat.
Berlanjutlah peperangan antara orang-orang
kafir dan Nabi Nuh. Mula-mula, rezim penguasa menganggap bahwa dakwah Nabi Nuh
akan mati dengan sendirinya, namun ketika mereka melihat bahwa dakwahnya
menarik perhatian orang-orang fakir, orang-orang lemah, dan pekerja-pekerja
sederhana, mereka mulai menyerang Nabi Nuh dari sisi ini. Mereka menyerangnya
melalui pengikutnya dan mereka berkata kepadanya: "Tiada yang mengikutimu
selain orang-orang fakir dan orang-orang lemah serta orang-orang hina."
Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): 'Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan
yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku
khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka
berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu,
melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak
melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di
antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki
sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah
orang-orang yang berdusta. " (QS. Hud: 25-27)
Demikianlah telah berkecamuk
pertarungan antara Nabi Nuh dan para bangsawan dari kaumnya. Orang-orang yang
kafir itu menggunakan dalih persamaan dan mereka berkata kepada Nabi Nuh:
"Dengarkan wahai Nuh, jika engkau ingin kami beriman kepadamu maka usirlah
orang-orang yang beriman kepadamu. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
lemah dan orang-orang yang fakir, sementara kami adalah kaum bangsawan dan
orang-orang kaya di antara mereka. Dan mustahil engkau menggabungkan kami
bersama mereka dalam satu dakwah (majelis)." Nabi Nuh mendengarkan apa
yang dikatakan oleh orang-orang kafir dari kaumnya. la mengetahui bahwa mereka
menentang. Meskipun demikian, ia menjawabnya dengan baik. Ia memberitahukan
kepada kaumnya bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang mukmin, karena mereka
bukanlah tamu-tamunya namun mereka adalah tamu-tamu Allah SWT. Rahmat bukan
terletak dalam rumahnya di mana masuk di dalamnya orang-orang yang
dikehendakinya dan terusir darinya orang-orang yang dikehendakinya,
tetapi rahmat terletak dalam rumah Allah SWT di mana Dia menerima siapa saja
yang dikehendaki-Nya di dalamnya. Allah SWT berfirman:
"Berkata Nuh: 'Hai kaumku,
bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan
diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa
akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? Dan
(dia berkata): 'Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai
upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan
mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu
dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.'
Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari (azab)
Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkan kamu mengambil pelajaran?' Dan
aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): 'Aku mempunyai gudang-gudang rezeki
dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui hal yang gaib, dan tidak pula
aku mengatakan: 'Sesungguhnya aku adalah malaikat,' dan tidak juga aku
mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: 'Sekali-kali
Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui
apa yang ada pada mereka. Sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk
orang-orang yang lalim.'" (QS. Hud: 28-31)
Nuh mematahkan semua argumentasi
orang-orang kafir dengan logika para nabi yang mulia. Yaitu, logika pemikiran
yang sunyi dari kesombongan pribadi dan kepentingan-kepentingan khusus. Nabi
Nuh berkata kepada mereka bahwa Allah SWT telah memberinya agama, kenabian, dan
rahmat. Sedangkan mereka tidak melihat apa yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Selanjutnya, ia tidak memaksakan mereka untuk mempercayai apa yang
disampaikannya saat mereka membenci. Kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah)
tidak dapat dipaksakan atas seseorang. Ia memberitahukan kepada mereka bahwa ia
tidak meminta imbalan dari mereka atas dakwahnya. Ia tidak meminta harta dari
mereka sehingga memberatkan mereka. Sesungguhnya ia hanya mengharapkan pahala
(imbalan) dari Allah SWT. Allahlah yang memberi pahala kepadanya. Nabi Nuh
menerangkan kepada mereka bahwa ia tidak dapat mengusir orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT. Meskipun sebagai Nabi, ia memiliki keterbatasan dan
keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak baginya untuk mengusir
orang-orang yang beriman karena dua alasan. Bahwa mereka akan bertemu dengan
Alllah SWT dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka bagaimana ia akan mengusir
orang yang beriman kepada Allah SWT, kemudian seandainya ia mengusir mereka,
maka mereka akan menentangnya di hadapan Allah SWT. Ini berakibat pada pemberian
pahala dari Allah SWT atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas siapa pun yang
mengusir mereka. Maka siapakah yang dapat menolong Nabi Nuh dari siksa Allah
SWT seandainya ia mengusir mereka?
Demikianlah Nabi Nuh menunjukkan bahwa
permintaan kaumnya agar ia mengusir orang-orang mukmin adalah tindakan bodoh
dari mereka. Nabi Nuh kembali menyatakan bahwa ia tidak dapat melakukan sesuatu
yang di luar wewenangnya, dan ia memberitahu mereka akan kerendahannya dan
kepatuhannya kepada Allah SWT. Ia tidak dapat melakukan sesuatu yang merupakan
bagian dari kekuasaan Allah SWT, yaitu pemberian nikmat-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Ia tidak mengetahui ilmu gaib, karena
ilmu gaib hanya khusus dimiliki oleh Allah SWT. Ia juga memberitahukan kepada
mereka bahwa ia bukan seorang raja, yakni kedudukannya bukan seperti kedudukan
para malaikat. Sebagian ulama berargumentasi dari ayat ini bahwa para malaikat
lebih utama dari pada para nabi (silakan melihat tafsir Qurthubi).
Nabi Nuh berkata kepada mereka:
"Sesungguhnya orang-orang yang kalian pandang sebelah mata, dan kalian
hina dari orang-orang mukmin yang kalian remehkan itu, sesungguhnya pahala
mereka itu tidak sirna dan tidak berkurang dengan adanya penghinaan kalian
terhadap mereka. Sungguh Allah SWT lebih tahu terhadap apa yang ada dalam diri
mereka. Dialah yang membalas amal mereka. Sungguh aku telah menganiaya diriku
sendiri seandainya aku mengatakan bahwa Allah tidak memberikan kebaikan kepada
mereka."
Kemudian rezim penguasa mulai bosan
dengan debat ini yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Allah SWT menceritakan sikap
mereka terhadap Nabi Nuh dalam flrman-Nya:
"Mereka berkata: 'Hai Nuh,
sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang
bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan
kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.' Nuh menjawab:
'Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki,
dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat
kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah
hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. " (QS. Hud: 32-34)
Nabi Nuh menambahkan bahwa mereka
tersesat dari jalan Allah SWT. Allahlah yang menjadi sebab terjadinya segala
sesuatu, namun mereka memperoleh kesesatan disebabkan oleh ikhtiar mereka dan
kebebasan mereka serta keinginan mereka. Dahulu iblis berkata:
"Karena Engkau telah menghukum
saya tersesat..." (QS. al-A'raf: 16)
Secara zahir tampak bahwa makna
ungkapan itu berarti Allahlah yang menyesatkannya, padahal hakikatnya adalah
bahwa Allah SWT telah memberinya kebebasan dan kemudian Dia akan meminta
pertanggungjawabannya. Kita tidak sependapat dengan pandangan al-Qadhariyah,
al-Mu'tazilah, dan Imamiyah. Mereka berpendapat bahwa keinginan manusia cukup
sebagai kekuatan untuk melakukan perbuatannya, baik berupa ketaatan maupun
kemaksiatan. Karena bagi mereka, manusia adalah pencipta perbuatannya. Dalam
hal itu, ia tidak membutuhkan Tuhannya. Kami tidak mengambil pendapat mereka
secara mutlak. Kami berpendapat bahwa manusia memang menciptakan perbuatannya
namun ia membutuhkan bantuan Tuhannya dalam melakukannya[1].
Alhasil, Allah SWT mengerahkan setiap
makhluk sesuai dengan arah penciptaannya, baik pengarahann itu menuju kebaikan
atau keburukan. Ini termasuk kebebasan sepenuhnya. Manusia memilih dengan
kebebasannya kemudian Allah SWT mengerahkan jalan menuju pilihannya itu. Iblis
memilih jalan kesesatan maka Allah SWT mengerahkan jalan kesesatan itu padanya,
sedangkan orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh memilih jalan yang sama maka
Allah pun mengerahkan jalan itu pada mereka.
Peperangan pun berlanjut, dan
perdebatan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh semakin melebar, sehingga
ketika argumentasi-argumentasi mereka terpatahkan dan mereka tidak dapat
mengatakan sesuatu yang pantas, mereka mulai keluar dari batas-batas adab dan
berani mengejek Nabi Allah.
"Pemuka-pemuka dari kaumnya
berkata: 'Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang
nyata." (QS. al-A'raf: 60)
Nabi Nuh menjawab dengan menggunakan
sopan-santun para nabi yang agung.
"Nuh menjawab: 'Hai kaumku, tak
ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta
alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat
kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS.
al-A'raf: 61-62)
Nabi Nuh tetap melanjutkan dakwah di
tengah-tengah kaumnya, waktu demi waktu, hari demi hari, dan tahun demi tahun.
Berlalulah masa yang panjang itu, namun Nabi Nuh tetap mengajak kaumnya. Nabi
Nuh berdakwah kepada mereka siang malam, dengan sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan, bahkan ia pun memberikan contoh-contoh pada mereka. Ia
menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kekuasaan-Nya di
dunia. Namun setiap kali ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT, mereka
lari darinya, dan setiap kali ia mengajak mereka agar Allah SWT mengampuni
mereka, mereka meletakkan jari-jari mereka di telinga-telinga mereka dan mereka
menampakkan kesombongan di depan kebenaran. Allah SWT menceritakan apa yang
dialami oleh Nabi Nuh dalam firman-Nya:
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah
mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka
agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari)
dan menyombongkan diri dengan keterlaluan. Kemudian sesungguhnya aku telah
menyeru mereka dengan cara yang terang-terangan, kemudian aku menyeru mereka
lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada
mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'" (QS. Nuh: 5-12)
Namun apa jawaban kaumnya?
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang
harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka.
Mereka telah melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata:
'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) wadd, suwa, yaghuts, yauq,
dan nasr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan
janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang lalim itu selain kesesatan,'"
(QS. Nuh: 21-24)
Nuh tetap melanjutkan dakwah di
tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun. Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun
kurang lima puluh tahun. " (QS. aPAnkabut: 14)
Sayangnya, jumlah kaum mukmin tidak
bertambah sedangkan jumlah kaum kafir justru bertambah. Nabi Nuh sangat sedih
namun ia tidak sampai kehilangan harapan. la senantiasa mengajak kaumnya dan
berdebat dengan mereka. Namun kaumnya selalu menghadapinya dengan kesombongan,
kekufuran, dan penentangan. Nabi Nuh sangat bersedih terhadap kaumnya namun ia
tidak sampai berputus asa. la tetap menjaga harapan selama 950 tahun. Tampak
bahwa usia manusia sebelum datangnya topan cukup panjang. Dan barangkali usia
panjang bagi Nabi Nuh merupakan mukjizat khusus baginya.
Datanglah hari di mana Allah SWT
mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa orang-orang yang beriman dari kaumnya tidak
akan bertambah lagi. Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia tidak bersedih atas
tindakan mereka. Maka pada saat itu, Nabi Nuh berdoa agar orang-orang kafir
dihancurkan. la berkata:
"Ya Tuhanku, janganlah Engkau
biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi."
(QS. Nuh: 26)
Nabi Nuh membenarkan doanya dengan
alasan:
"Sesungguhnya jika Engkau biarkan
mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka
tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat dan kafir. " (QS.
Nuh: 27)
Allah SWT berfirman dalam surah Hud:
"Dan diwahyukan kepada Nuh,
bahwasannya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali
orang-orang yang telah beriman saja, karena itu janganlah kamu bersedih hati
tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan
pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku
tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan. (QS. Hud: 36-37)
Kemudian Allah SWT menetapkan hukum-Nya
atas orang-orang kafir, yaitu datangnya angin topan. Allah SWT memberitahu Nuh,
bahwa ia akan membuat perahu ini dengan "pengawasan Kami dan wahyu
kami," yakni dengan ilmu Allah SWT dan pengajaran-Nya, serta sesuai dengan
pengarahan-Nya dan bantuan para malaikat.
Allah SWT menetapkan perintah-Nya
kepada Nuh:
"Dan janganlah kamu bicarakan
dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)
Allah SWT menenggelamkan orang-orang
yang lalim, apa pun kedudukan mereka dan apa pun kedekatan mereka dengan Nabi.
Allah SWT melarang Nabi-Nya untuk berdialog dengan mereka atau menengahi urusan
mereka. Nabi Nuh mulai menanam pohon untuk membuat perahu darinya. Ia menunggu
beberapa tahun, kemudian ia memotong apa yang ditanamnya dan mulai merakitnya.
Akhirnya, jadilah perahu yang besar, yang tinggi, dan kuat.
Para mufasir berbeda pendapat tentang
besarnya perahu itu, bentuknya, masa pembuatannya, tempat pembuatannya dan
lain-lain. Berkenaan dengan hal tersebut Fakhrur Razi berkata: "Ketahuilah
bahwa pembahasan ini tidak menarik bagiku karena ia merupakan hal-hal yang
tidak perlu diketahuinya. Saya kira mengetahui hal tersebut hanya mendatangkan
manfaat yang sedikit." Mudah-mudahan Allah SWT merahmati Fakhrur Razi yang
menyatakan kebenaran dengan kalimatnya itu. Kita tidak mengetahui hakikat
perahu ini, kecuali apa yang telah Allah SWT ceritakan kepada kita tentang hal
itu. Misalnya, kita tidak mengetahui dimana ia dibuat, berapa panjangnya atau
lebarnya, dan kita secara pasti tidak mengetahui selain tempat yang ditujunya
setelah ia berlabuh.
Allah SWT tidak memberikan keterangan
secara detail berkenaan dengan hal tersebut yang tidak memberikan kepentingan
pada kandungan cerita dan tujuannya yang penting. Nabi Nuh mulai membangun
perahu, lalu orang-orang kafir lewat di depannya saat ia dalam keadaan serius
membuat perahu. Saat itu, cuaca atau udara sangat kering, dan di sana tidak
terdapat sungai atau laut yang dekat. Bagaimana perahu ini akan berlayar wahai
Nuh? Apakah ia akan berlayar di atas tanah? Di manakah air yang memungkinkan
bagi perahumu untuk belayar? Sungguh Nuh telah gila! Orang-orang kafir semakin
tertawa terbahak-bahak dan semakin mengejek Nabi Nuh.
Puncak pertentangan dalam kisah Nabi
Nuh tampak dalam masa ini. Kebatilan mengejek kebenaran dan cukup lama
menertawakan kebenaran. Mereka menganggap bahwa dunia adalah milik mereka dan
bahwa mereka akan selalu mendapatkan keamanan dan bahwa siksa tidak akan
terjadi. Namun anggapan mereka itu tidak terbukti. Datangnya angin topan
menjungkirbalikkan semua perkiraan mereka. Saat itu, orang-orang mukmin
mengejek balik orang-orang kafir dan ejekan mereka adalah kebenaran. Allah SWT
berfirman:
"Dan mulailah Nuh membuat bahtera
itu. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan metewati Nuh, mereka
mengejeknya. Berkatalah Nuh: 'Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami
(pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. Kelak kamu akan
mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakan dan yang akan
ditimpa azab yang kekal." (QS. Hud: 38-39)
Selesailah pembuatan perahu dan duduk
menunggu perintah Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahwa jika
ada yang mempunyai dapur, maka ini sebagai tanda dimulainya angin topan. Di
sebutkan bahwa tafsiran dari at-Tannur ialah oven (alat untuk memanggang roti)
yang ada di dalam rumah Nabi Nuh. Jika keluar darinya air dan ia lari maka itu
merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak. Maka pada suatu hari tannur itu
mulai menunjukkan tanda-tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh, lalu Nabi Nuh
segera membuka perahunya dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya.
Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh membawa burung, binatang buas, binatang yang
berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut, dan lain-lain. Dalam perahu itu, Nabi
Nuh telah membuat kandang binatang buas.
Jibril menggiring setiap dua binatang
yang berpasangan agar setiap spesies binatang tidak punah dari muka bumi. Ini
berarti bahwa angin topan telah menenggelamkan bumi semuanya, kalau tidak
demikian maka buat apa ia harus mengangkut jenis binatang-binatang itu.
Binatang-binatang mulai menaiki perahu itu beserta orang-orang yang beriman
dari kaumnya. Jumlah orang-orang mukmin sangat sedikit. Allah SWT berfirman:
"Hingga apabila perintah Kami
datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: 'Muatkanlah ke dalam
bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan
keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula)
orang-orang yang beriman.' Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit.
" (QS. Hud: 40)
Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya
sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu anaknya menyembunyikan
kekafirannya dengan menampakkan keimanan di depan Nabi Nuh, dan ia pun tidak
ikut menaikinya. Mayoritas manusia saat itu tidak beriman sehingga mereka
tidak turut berlayar. Hanya orang-orang mukmin yang mengarungi lautan
bersamanya. Ibnu Abbas berkata: "Terdapat delapan puluh orang dari kaum
Nabi Nuh yang beriman kepadanya."
Air mulai meninggi yang keluar dari
celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali keluar air darinya.
Sementara dari langit turunlah hujan yang sangat deras yang belum pernah turun
hujan dengan curah seperti itu di bumi, dan tidak akan ada hujan seperti itu
sesudahnya. Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa apa saja dan menyapu
bumi. Perut bumi bergerak dengan gerakan yang tidak wajar sehingga bola bumi
untuk pertama kalinya tenggelam dalam air sehingga ia menjadi bola air. Allah
SWT berfirman:
"Maka Kami bukakan pintu-pintu
langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan
mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh
telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan
dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13)
Air meninggi di atas kepala manusia,
dan ia melampaui ketinggian pohon, bahkan puncak gunung. Akhirnya, permukaan
bumi diselimuti dengan air. Ketika mula-mula datang topan, Nabi Nuh
memanggil-manggil putranya. Putranya itu berdiri agak jauh darinya. Nabi Nuh
memanggilnya dan berkata:
"Hai anakku, naiklah (ke kapal)
bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
(QS. Hud: 42)
Anak itu menjawab ajakan ayahnya:
"Aku akan mencari perlindungan ke
gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." (QS. Hud: 43)
Nabi Nuh kembali menyerunya:
"Tidak add yang melindungi hari
ini dari azab Allah selain orang yang dirahmati-Nya. " (QS. Hud: 43)
Selesailah dialog antara Nabi Nuh dan
anaknya.
"Dan gelombang menjadi penghalang
antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan. " (QS. Hud: 43)
Perhatikanlah ungkapan AI-Qur'an
al-Karim: Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya. Ombak tiba-tiba
mengakhiri dialog mereka. Nabi Nuh mencari, namun ia tidak mendapati anaknya.
Ia tidak menemukan selain gunung ombak yang semakin meninggi dan meninggi
bersama perahu itu. Nabi Nuh ddak dapat melihat segala sesuatu selain air.
Allah SWT berkehendak—sebagai rahmat dari-Nya—untuk menenggelamkan si anak jauh
dari penglihatan si ayah. Inilah kasih sayang Allah SWT terhadap si ayah. Anak
Nabi Nuh mengira bahwa gunung akan mencegahnya dari kejaran air namun ia pun
terkejar dan tenggelam. Angin topan terus berlanjut dan terus membawa perahu
Nabi Nuh. Setelah berlalu beberapa saat, pemandangan tertuju kepada bumi yang
telah musnah sehingga tiada kehidupan kecuali sebagian kayu yang darinya Nabi
Nuh membuat perahu di mana ia menyelamatkan orang-orang mukmin, begitu juga
berbagai binatang yang ikut bersama mereka. Adalah hal yang sulit bagi kita
untuk membayangkan kedahsyatan topan itu. Yang jelas, ia menunjukkan kekuasaan
Pencipta. Perahu itu berlayar dengan mereka dalam ombak yang laksana gunung.
Sebagian ilmuwan meyakini bahwa terpisahnya beberapa benua dan terbentuknya
bumi dalam rupa seperti sekarang adalah sebagai akibat dari topan yang dahulu.
Topan yang dialami oleh Nabi Nuh terus
berlanjut dalam beberapa zaman di mana kita tidak dapat mengetahui batasnya.
Kemudian datanglah perintah Ilahi agar langit menghentikan hujannya dan agar
bumi tetap tenang dan menelan air itu, dan agar kayu-kayu perahu berlabuh di
al-Judi, yaitu nama suatu tempat di zaman dahulu. Ada yang mengatakan bahwa ia
adalah gunung yang terletak di Irak. Dengan datangnya perintah Ilahi, bumi
kembali menjadi tenang dan air menjadi surut. Topan telah menyucikan bumi dan
membasuhnya. Allah SWT berfirman:
"Dan difirmankan: 'Hai bumi
telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,' dan air pun disurutkan,
perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukitjudi. Dan
dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 44)
Dan air pun disurutkan, yakni air
berkurang dan kembali ke celah-celah bumi. Segala urusan telah diputuskan dan
orang-orang kafir telah hancur sepenuhnya. Dikatakan bahwa Allah SWT
me-mandulkan rahim-rahim wanita selama empat puluh tahun sebelum datangnya
topan, karena itu tidak ada yang terbunuh seorang anak bayi atau anak kecil.
Firman-Nya: Dan bahtera itu pun
berlabuh di atas bukit judi, yakni ia berlabuh di atasnya. Di sebutkan bahwa
hari itu bertepatan dengan hari Asyura' (hari kesepuluh dari bulan Muharam).
Lalu Nabi Nuh berpuasa dan memerintahkan orang-orang yang bersamanya untuk
berpuasa juga.
Dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang
lalim, 'yakni kehancuran bagi mereka. Topan menyucikan bumi dari mereka dan
membersihkannya. Lenyaplah peristiwa yang mengerikan dengan lenyapnya topan.
Dan berpindahlah pergulatan dari ombak ke jiwa Nabi Nuh. Ia mengingat anaknya
yang tenggelam. Nabi Nuh tidak mengetahui saat itu bahwa anaknya menjadi kafir.
Ia menganggap bahwa anaknya sebagai seorang mukmin yang memilih untuk
menyelamatkan diri dengan cara berlindung kepada gunung. Namun ombak telah
mengakhiri percakapan keduanya sebelum mereka menyelesaikannya. Nabi Nuh tidak
mengetahui seberapa jauh bagian keimanan yang ada pada anaknya. Lalu
bergeraklah naluri kasih sayang dalam hati sang ayah. Allah SWT berfirman:
"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya
sambil berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan
sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya. " (QS. Hud: 45)
Nuh ingin berkata kepada Allah SWT
bahwa anaknya termasuk dari keluarganya yang beriman dan Dia menjanjikan untuk
menyelamatkan keluarganya yang beriman. Allah SWT berkata dan menjelaskan
kepada Nuh keadaan sebenarnya yang ada pada anaknya:
"Hai Nuh, sesungguhnya dia
bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya
perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu
yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Aku memperingatkan kepa-damu supaya
kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.'" (QS. Hud:
46)
Al-Qurthubi berkata—menukil dari
guru-gurunya dari kalangan ulama—ini adalah pendapat yang kami dukung:
"Anaknya berada di sisinya (yakni bersama Nabi Nuh dan dalam dugaannya ia
seorang mukmin). Nabi Nuh tidak berkata kepada Tuhannya: "Sesungguhnya
anakku termasuk keluargaku," kecuali karena ia memang menampakkan hal yang
demikian kepadanya. Sebab, mustahil ia meminta kehancuran orang-orang kafir
kemudian ia meminta agar sebagian mereka diselamatkan."
Anaknya menyembunyikan kekufuran dan
menampakkan keimanan. Lalu Allah SWT memberitahukan kepada Nuh ilmu gaib yang
khusus dimiliki-Nya. Yakni Allah SWT memberitahunya keadaan sebenarnya dari
anaknya. Allah SWT ketika menasihatinya agar jangan sampai ia menjadi
orang-orang yang tidak mengerti. Dia ingin menghilangkan darinya anggapan bahwa
anaknya beriman kemudian mati bersama orang-orang kafir.
Di sana terdapat pelajaran penting yang
terkandung dalam ayat-ayat yang mulia itu, yang menceritakan kisah Nabi Nuh
bersama anaknya. Allah SWT ingin berkata kepada Nabi-Nya yang mulia bahwa
anaknya bukan termasuk keluarganya karena ia tidak beriman kepada Allah SWT.
Hubungan darah bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi
adalah anaknya yang meyakini akidah, yaitu mengikuti Allah SWT dan nabi, dan
bukan anaknya yang menentangnya, meskipun berasal dari sulbinya. Jika demikian
seorang mukmin harus menghindar dari kekufuran. Dan di sini juga harus di
teguhkan hubungan sesama akidah di antara orang-orang mukmin. Adalah tidak
benar jika hubungan sesama mereka dibangun berdasarkan darah, ras, warna kulit,
atau tempat tinggal.
Nabi Nuh memohon ampun kepada Tuhannya
dan bertaubat kepada-Nya. Kemudian Allah SWT merahmatinya dan memerintahkannya
untuk turun dari perahu dalam keadaan dipenuhi dengan keberkahan dari Allah SWT
dan penjagaan-Nya:
"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu
yang aku tiada mengetahui (hakikatnya). Dan sekiranya Engkau tidak memberi
ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh mbelas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk
orang-orang yang merugi. " (QS. Hud: 47) "Difirmankan: 'Hai Nuh,
turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas
umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu.'" (QS. Hud: 48)
Nabi Nuh turun dari perahunya dan ia melepaskan
burung-burung dan binatang-binatang buas sehingga mereka menyebar ke bumi.
Setelah itu, orangorang mukmin juga tumn. Nabi Nuh meletakkan dahinya ke atas
tanah dan bersujud. Saat itu bumi masih basah karena pengaruh topan. Nabi Nuh
bangkit setelah salatnya dan menggali pondasi untuk membangun tempat ibadah
yang agung bagi Allah SWT. Orang-orang yang selamat menyalakan api dan
duduk-duduk di sekelilinginya. Menyalakan api sebelumnya di larang di dalam
perahu karena dikhawatirkan api akan menyentuh kayu-kayunya dan membakarnya.
Tak seorang pun di antara mereka yang memakan makanan yang hangat selama masa
topan.
Berlalulah hari puasa sebagai tanda
syukur kepada Allah SWT. Al-Qur'an tidak lagi menceritakan kisah Nabi Nuh
setelah topan sehingga kita tidak mengetahui bagaimana peristiwa yang dialami
Nabi Nuh bersama kaumnya. Yang kita ketahui atau yang perlu kita tegaskan bahwa
Nabi Nuh mewasiatkan kepada putra-putranya saat ia meninggal agar mereka hanya
menyembah Allah SWT.
Kisah Nabi Nuh
[sunting] Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya
Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa
"fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia
secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang
meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan,
melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis. Demikianlah maka
kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang
di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung
yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan
yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan
kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka
mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama
yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang
mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa "
kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama
" Yatuq " dan " Nasr ".
Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat
oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan
kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan
ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran
dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam
semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan
bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di
bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan
hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang
kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus
disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka
sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada
ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu
syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap
perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang
patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana
dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya
dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk
hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang
kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima
hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat
tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan
kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara
berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari
kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut
sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun terdiri
dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang
kaya-raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan
pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai
Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya
dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha
dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha
dakwah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan
tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan
mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan
mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami
ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti
orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang
yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah
masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya
fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa
memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu
itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada
kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya
orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka
masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang
luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah
kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas
kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai
dan lebih mengetahui daripada mu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami
terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalah pendusta
belaka."
Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:
"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu
mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan
kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap
membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu
yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan
dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah
dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika
kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan
menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah
untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya
pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanah-Nya kepada
hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni
dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia
kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa dan azab-nya di dunia atau
menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini,
Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu
dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau
bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani,
buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami
tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut
cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan
kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan
para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya
dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:
"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua
orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun
miskin, majikan ataupun buruh ,diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya
mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai
kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan
para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan
meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan
daripadaku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh
keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya,
orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi
usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dapat
mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila
mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan
sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada
pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran
yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak
berfikiran sihat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi
mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah
untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai
Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta
mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu
dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga
tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan
bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang
yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu
dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan
tetap meragukan dakwahmu."
[sunting] Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan
ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka
meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada
Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke
jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang
diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat darjat manusia yang tertindas dan
lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan
sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan
medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia.
Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil
menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman,
bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang
tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya
dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan
kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia
mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan datang
mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran
kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa
tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran
dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:
"Sesungguhnya tidak akan seorang daripada kaumnya
mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih
dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka
perbuatkan." Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa
harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada
Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya
berseru:"Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada
orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha
menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak
akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan
anak-anak yang kafir spt mereka."
Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya
diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena
mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.
[sunting] Nabi Nuh Membuat Kapal
Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah
kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka
mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan
mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang
diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya,
agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan
kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan
atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan
mengolok-olok dengan mengatakan: "Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah
menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul
menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat
kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah
maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik
kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh
dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja
saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan
tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak
untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah
menimpa atas diri kamu."
Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan
alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari
Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan
terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam
kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada
di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku." Kemudian tercurahlah dari
langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip
mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi
daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit
sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal
Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk
yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.
Dengan iringan "Bismillahi majraha wa mursaha"
belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin
yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri
kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang
menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia
menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu. Tatkala Nabi Nuh
berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang
kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba
terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan"
timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan
kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa
disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera
kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati
kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku!
Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau
dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut
yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang
tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang
sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya
yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan
pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku
akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang
tidak akan dijangkau oleh air bah ini."
Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya
yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini.
Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah
ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar
gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya,
tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan
pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian
puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau
berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku
itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya
janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha
Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia
puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari
ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang
yang kafir daripada kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka
yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalan mu dan beriman kepada-Ku dapat
engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku
janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang
yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa
nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang
telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau
sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan
janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang
bodoh."
Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah
bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji
dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia
sedar bahawa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk
menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah
yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada
Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat
sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun
dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari
godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku
menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak
memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi
orang yang rugi."
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan
habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum
Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas
bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi
Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu
dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat
yang menyertaimu."
[sunting] Zaman Antediluvian
Perkataan Antedulivian adalah satu perkataan yang
diambil dari perkataan Latin (syn.Prediluvian) yang bermaksud "Sebelum
Banjir Besar" seperti yang terdapat dalam Injil. Perkataan ini merujuk
zaman manusia yang hidup sebelum kejadian banjir besar pada ketika zaman Nabi
Nuh.
[sunting] Era Antediluvian
- Umur
seseorang manusia adalah lebih panjang dari umur manusia hari ini iaitu
sekitar 700-950 tahun, seperti yang ditulis dalam Genealogies
of Genesis.
- Jumlah
populasi manusia pada ketika itu adalah lebih ramai berbanding pada tahun
1696 . Perkiraan Whiston menggambarkan lebih kurang 500 juta manusia
berkemungkinan telah lahir dalam zaman antediluvian, berdasarkan jangka
hayat yang panjang dan fertility
rates.
- Tidak
wujud awan dan hujan. Muka bumi hanya menerima air dari embun yang
terhasil dari proses pemewalpan dan sejatan siang dan malam. Lautan dan
sungai pula sememangnya telah semula jadi wujud dan menjadi sumber
kahidupan harian manusia.
Gambaran dari Injil (New Testament) juga mengatakan
wujudnya makhluk-makhluk pelik dan ajaib seperti gergasi, manusia berkepak
burung (Nephilim) dan beberapa jenis makhluk yang tidak tergambar oleh fikiran
manusia hari ini. Tetapi kesemunya telah musnah ditelan gelombang dan arus dari
banjir besar. Apa yang dapat kita lihat hari ini hanyalah makhluk dan binatang
yang telah naik ke kapal Nabi Nuh.
[sunting] Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran
Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari
28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah
"Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan
kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas
mereka.
[sunting] Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.
Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena
ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih
erat dan lebih berkesan daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah
atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh
Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut
kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh
ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah
dalam Al-Quran yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah
bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang
bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai
saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri."Juga
peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara
yang tidak dilahirkan oleh ibumu
Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan
gunung-gunungnya,laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya,menciptakan langit
dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan
malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah
menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para
rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis
makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati
tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang
biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan
baginya.
Kekhuatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya
menciptakan makhluk lain itu,mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah
menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka
dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan
tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat
apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan
ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan
akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan
lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat
diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan
kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang
mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah
menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk
baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah
s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering
dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah
roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang
sempurna
.
Iblis Membangkang.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang
lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk
Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan
tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih
mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur
api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya
menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti
para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati
sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau
ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang
diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya
dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat
pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni
neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya
mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari
kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan
ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur
atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan
Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan
malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk
memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang
sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda
mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar
tidak bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi
isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan
hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki
aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau
menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."
Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan
menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa
bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam
semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat
seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar
merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama
benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka
dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki
pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada
kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada
para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada
mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan."
Adam Menghuni Syurga.
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk
mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan
melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita
para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang
disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat
Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa
dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"
Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah
diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat
lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk
ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi
keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."
Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di
syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan
makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan
sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun
letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan
buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang
yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia
akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga
hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."
Iblis Mulai Beraksi.
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga
akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki
terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat
selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan
rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga
yang tenteram, damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi
nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala
cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan
Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada
mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan
buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan
menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya
dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya
dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu
oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah
Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku
telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah
terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan
dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah
menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena
bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong
orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."
Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan
pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan
menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis
sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun
berancun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan
selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan
berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan
teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih
berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan
untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran
perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa
kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh
sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas
mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya
apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah
s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan
kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam
memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari
hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada
mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang
telah ditentukan."
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan
dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka
harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan
menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda
warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok
menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain
saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari
waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin
hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama
manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan
akhirat.
Kisah Adam dalam Al-Quran.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah
Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga
25
Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.
Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan
larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau
belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat
sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah
akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi
sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk
apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin
beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.
Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan
kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya
seperti sifat lalai, lupa dan khilaf.Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam
yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan
yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang
lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon
terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh
keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah
pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.
Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa
tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia
sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat
allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya
kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran
bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan
kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan
kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan
disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat
karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia
menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud
menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.
Kisah Habil Dan Qabil, putera Nabi Adam a.s.
Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna
tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih
pertama bagi umat manusia di dunia ini.
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang.Pertama lahirlah pasangan Qabiel dan
adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima",kemudian menyusul
pasangan kembar kedua Habiel dan adik perempuannya yang diberi nama
"Lubuda".
Kedua orang tua,Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya
itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya
dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka meharapkan dari
keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak
untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah
dibebankan keatas bahunya.
Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah
keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak
masa remaja.Yang perempuan sesuai dengan qudrat dan fitrahnya menolong ibunya
mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang
laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan
hidupnya.Qabiel berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habiel dibidang
perternakan.
Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna
diliputi rasa kasih sayang saling cinta menyintai hormat menghormati
masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukkan yang wajar si ayah terhadap
isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan
anak-anaknya.Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku
dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan
bergotong-royong.
Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja.
Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan mamasuki alam akil baligh
di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari
makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran
kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nasfu berahi dan syahwat
itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang
bebas di antara putera-puterinya.
Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya
dikahwinkan dengan puterinya.Qabiel dikahwinkan dengan adik habiel yang bernama
Lubuda dan Habiel dengan adik Qabiel yang bernama Iqlima.
Cara yang telah diilham oleh Allahs.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan
kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera
dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang
meliputi keluarga dan rumahtangga mereka.Akan tetapi dengan tanpa diduga dan
disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabiel dan
menyatakan bahawa ia tidak mahu mengahwini Lubuda, adik Habiel dengan
mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya
sendiri Iqlima.Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri
Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk
dikahwinkan oleh Habiel.Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras
wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus
kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa
dan timbulnya rasa dendam dan dengki diantara sesama keluarga dan sesama
suku.
Kerana Qabiel tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan
meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam
seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan
perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi
keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan
itu kepada Tuhan untuk menentukannya.Caranya ialah bahawa masing-masing dari
Qabiel dan Habiel harus menyerahkan qurban kepada Tuhan dengan catatan bahawa
barangsiapa di antara kedua saudara itu diterima qurbannya ialah yang berhad
menentukan pilihan jodohnya.
Qabiel dan Habiel menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh
ayahnya.Habiel keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabiel datang
dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak dan
busuk kemudian diletakkan kedua qurban itu kambing Habiel dan gandum Qabiel
diatas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan
terjadi atas dua jenis qurban itu.
Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti
dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit dimana kedua qurban
itu diletakkan, terlihatlah api besar yang turun dari langit menyambar kambing
binatang qurbannya Habiel yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang
karung gandum kepunyaan Qabiel tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap
tinggal utuh.
Maka dengan demikian keluarlah Habiel sebagai pemenang dalam pertaruhan itu
karena qurbannya kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang
mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu
yang akan dipersuntingkan menjadi isterinya.
Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia.
Dengan telah jatuhnya keputusan dari langit yang menerima qurban Habiel dan
menolak qurban Qabiel maka pudarlah harapan Qabiel untuk mempersuntingkan
Iqlima.Ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk
menolaknya. Ia menyerah dan menerimanya dengan rasa kesal dan marah sambil
menaruh dendam terhadap Habiel yang akan dibunuhnya di kala ketiadaan
ayahnya.
Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan
rumahtangga dan keluarga kepada Qabiel. Ia berpesan kepadanya agar menjaga
baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya.Ia berpesan pula agar
kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan
sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merusakkan hubungan
kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.
Qabiel menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha
sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan
sesempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan
menyenangkan.Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabiel
namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik
untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya
terhadap Habiel saudaranya.
Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabiel menemui
Habiel di tempat penternakannya.Berkata ia kepada Habiel:"Aku datang ke
mari untuk membunuhmu.Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas
bumi ini."
"Apa salahku?"tanya Habiel.Dengan asalan apakah engkau hendak
membunuhku?"
Qabiel berkata:"Ialah karena qurbanmu diterima oleh Allah sedangkan
qurbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang
cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak
mempunyai gaya yang menarik itu."
Habiel berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima qurbanku
dan menolak qurbanmu?Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang
diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa
wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nasfu dan ajakan syaitan! Kawallah
perasaanmu dan fikirlah masak-masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah
bahawa Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertakwa yang
menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Adakah
mungkin sesekali bahawa qurban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari
gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa
bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan
dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari
perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus
ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.
Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang
telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya
ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras
kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu
karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak
diredhainya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan
ditakdirkan bagi diriku."
Nasihat dan kata-kata mutiara Habiel itu didengar oleh Qabiel namun masuk
telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk
hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat
lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya.
Qabiel yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh
kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap
saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai akan padam
dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabiel
bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habiel saudaranya, menjelmalah
Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati.
Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habiel di kala ia
tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habiel sebagai kurban keganasan saudara
kandungnya sendiri dan sebagai kurban pembunuhan pertama dalam sejarah
manusia
Penguburan Jenazah Habiel.
Qabiel merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa
yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.Diletakkannyalah
tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabiel dalam
keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh
jenazah Habiel yang sudah busuk itu.
kebingungan dan kesedihan Qabiel tidak berlangsung lama karena ditolong oleh
suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus
menguburkan jenazah saudaranya itu.Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu
tersia-sia demikian rupa, maka dipertujukanlah kepada Qabiel, bagaimana seekor
burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak
lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya,
dan menutupi kembali dengan tanah.Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan
oleh burung gagak itu, termenunglah Qabiel sejenak lalu berkata pada dirinya
sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung
gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"
Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habiel di
antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada
Qabiel:"Di manakah Habiel berada?Aku tidak melihatnya sejak aku
pulang."
Qabiel menjawab:"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel
yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."
Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabiel, Adam dapat meneka
bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habiel, puteranya yang soleh,
bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.Pada akhirnya terbukti
bahawa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu peninggalannya.Ia sangat
sesal di atas perbuatan Qabiel yang kejam dan ganas itu di mana rasa
persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk
memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.
Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya
sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan
iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya
Qabiel.
Kisah Qabiel dan Habiel Dalam Al-Quran.
Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam
surah"Al-Maaidah" ayat 27 sehingga ayat 32 .
Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam A.S.
Bahawasanya Allah s.w.t. hanya menerima qurban dari seseorang yang
menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riyak,
takabur atau ingin dipuji.Barang atau binatang yang diqurbankan harus yang
masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang
halal.Jika qurban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sihat, tidak
mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang
masih segar baik dan belum rusak atau busuk.
Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara
penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabiel.itulah cara
paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan
diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman
Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan.Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan."
2. Nabi Idris a.s
Atas daya usaha Nabi Sheth A.S., sesetengah manusia mula mempercayai Allah.
Masa berlalu, mereka mula menyembah berhala nabi mereka. Mereka mula menjadi
tidak beragama, menyembah banyak tuhan dan tidak lagi beriman dengan Allah.
Mereka mengambil jalan yang salah dalam hidup mereka. Pada suatu masa tertentu,
Allah telah mengutuskan Nabi Idris A.S. untuk memulih dan membimbing mereka
yang telah hanyut itu. Allah telah menyebutnya dalam al-Quran seperti berikut:
" Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris (yang
tersebut) dalam al-Quran. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi" (Maryam, 19: 56)
Seruan dan Penentangan
Nabi Idris A.S. menyeru umatnya kembali menyembah Tuhan yang satu. Baginda
mengarahkan umatnya untuk meninggalkan penyembahan berhala mereka. Baginda
menekankan bahawa mereka tidak boleh dikuasai oleh sifat cintakan harta dan
kekayaan. Baginda menegah mereka daripada meminum arak dan minuman lain yang
memabukkan. Hanya segelintir sahaja yang mendengar seruan baginda tetapi
majoriti daripada mereka menentang keras terhadap baginda. Namun begitu, Nabi
Idris A.S. tetap tidak berputus asa dan terus menyeru tanpa goyah pendiriannya.
Baginda dihargai atas keimanan dan kesabaran yang kental.
"Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk
orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami,
sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang soleh" (Al-Anbiyya, 21:
85-86)
Penghijrahan ke Mesir
Walaupun dengan usaha yang tidak mengenal penat, Nabi Idris A.S. masih tidak
dapat mencapai kejayaan yang sepatutnya dan baginda rasa tercabar dengan
kelakuan para penduduk zaman itu. Lalu baginda diarahkan untuk berhijrah ke
Mesir dan melaksanakan tugasnya di tebing sungai Nil. Baginda menyeru supaya
menuju kepada agama Allah kepada pelbagai kumpulan masyarakat dan menasihati
mereka supaya berbuat baik dan bertamadun. Akhirnya baginda berjaya membawa
perubahan dari segi moral dan sosial hidup masyarakat tersebut.
Kata-kata daripada Nabi Idris
Baginda mengajar dengan teguran dan nasihat yang baik seperti berikut:
1. Jangan berasa dengki dengan kekayaan orang lain.
2. Sesiapa yang mempunyai keinginan yang tidak terbatas, akan menghalangnya
daripada berpuashati dengan kekayaan yang diperolehi.
3. Seseorang mestilah ikhlas dalam pengabdian kepada Allah.
4. Berdosa jika melakukan sumpah yang salah.
5. Sabar adalah kunci kejayaan
6. Sesiapa yang mengawal nafsunya adalah seorang yang bertuah. Golongan yang
berbuat baik sahaja akan hidup dalam syafaat daripada Allah semasa hari
pembalasan.
7. Sesiapa yang ingin mencapai kesempurnaan dalam ilmu, sepatutnya tidak
terlibat dengan perlakuan yang tidak bermoral.
Nabi yang Mengetahui
Nabi Idris dilahirkan seratus tahun selepas kematian Nabi Adam A.S. Baginda
adalah manusia pertama yang belajar menulis. Diketahui bahawa 30 bahagian
ayat-ayat suci Allah diwahyukan kepada baginda. Baginda adalah manusia yang
menemui sains astronomi dan aritmetik.
Kematian Nabi Idris A.S.
Nabi Idris A.S. diangkat ke syurga ketika berusia 365 tahun. Ibn Jarir
mengaitkannya dalam Rauzatul Ahbab yang Nabi Idris A.S. adalah sahabat kepada
malaikat di dalam syurga. Malaikat telah mengangkat baginda ke syurga dan
apabila mereka sampai di syurga aras keempat, mereka terjumpa dengan malaikat
maut. Malaikat yang mengiringi Nabi Idris A.S. bertanya kepada malaikat maut
tentang usia hidup Nabi Idris A.S. dan malaikat maut menjawab:
"Dimanakah Idris ? kerana aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya"
Nabi Idris kemudiannya bersemadi di syurga aras keempat dan wafat di dalam
sayap malaikat yang membawanya ke syurga. Mutwaslah adalah salah seorang
anaknya yang diketahui telah membina tanda untuk Nabi Idris di bumi